Minggu, 18 Januari 2009

Banjir Di Musim Hujan

Hujan tidak turun pagi ini. Mungkin hujan telah menumpahkan semuanya malam tadi. Dengan derasnya, hujan menghantam atap yang dilapisi polycarobonate begitu riuhnya membuat aku terjaga dalam tidurku.

Sudah dari minggu kemarin aku tidak mengantar dia ke kantor. Aku takut dengan ketinggian air yang menggenangi jalanan walau tidak didahului dengan turunnya hujan. Namun, karena hujan semalam, aku semakin khawatir dengan kemungkinan naiknya air.

Apa yang aku khawatirkan benar-benar terjadi. Kawasan Kelapa Gading lumpuh. Air telah merendam apapun yang menghalanginya. Kendaraan tidak berhasil membelah tingginya air. Belum lagi diperparah dengan terbakarnya salah satu tangki pada depo Pertamina. Banjir dan macet menjadi satu.

Aku segera mengangkat telponku. Kekhawatiranku memuncak membaca keadaan kawasan itu. Begitu suaranya terdengar dari kejauhan, aku tahu dia baik-baik saja. Aku menjadi lega.

Menit berlalu, sudah 45 menit tidak ada kabar darinya. Padahal waktu sudah menunjukan pukul 09.00, 30 menit setelah waktu mulai bekerja. Kemana dia? Apakah dia baik-baik saja?

Segera aku menelponnya. Masih terjebak banjir katanya. Namun dia sudah naik ke mobil elf jemputan kantor. Walau macet, tapi relatif aman dan akupun tenang.

Melihat perjuanganya menuju kantor, membuat aku kagum. Mungkin terlihat nekat, namun dia melakukan apa yang dia percaya, pekerjaan yang dia senangi. Walau terlihat sibuk, tidak ada raut kelelahan pada wajahnya. Senyum ceria selalu mengembang cerah.

Semoga semangat dan keceriaan yang tiada henti itu bisa menulari sifat anak kami yang segera melihat wajah kami berseri di bumi.

Senin, 05 Januari 2009

"Libur" Akhir Tahun

Liburan tahun baru kemarin tidak seperti liburan tahun baru pada tahun-tahun sebelumnya. Tidak ada liburan yang ”wah” atau selebrasi yang berlebihan. Sebagian besar libur tahun ini aku habiskan di tanah kelahiranku, Bali.

Mungkin kurang tepat aku kalau sebut liburan di kampung halaman, karena tujuanku pulang adalah untuk menemani papaku yang terbaring lemas di rumah. Sudah 2 bulan ini beliau mengidap sakit.

Begitu sampai di rumah, aku langsung menjenguknya di dalam kamar. Aku disambut oleh batuknya yang bandel. Aku tahu papa pasti ingin menyambut kami dengan tawanya yang renyah seperti biasa. Tapi untuk saat itu, hal itu tidak muncul. Namun dari sorot matanya, aku tahu papa bahagia melihat kami pulang.

Setiap hari, setiap saat aku tidak ingin jauh dari papa ku. Aku tidak ingin waktu libur kerjaku di Bali tersia-siakan tanpa melakukan hal yang bisa membantu dan menemaninya.

Pagi itu, seperti biasa aku mengunjungi kamarnya. Aku mulai memijat kakinya dan mencoba menggerakkannya. Masih berat kata papa. Kemudian papa memanggil istriku. Papa lapar. Diapun segera bergegas ke dapur mengambil sepiring nasi dan lauknya kemudian dengan sabar menyuapi papa makanan. Dapat kulihat dengan sabar dia melayani papa. Mulai dari memijat, mensuapi makanan, membuatkan minum, dll semua dia lakukan dengan ceria.

Kuperhatikan papa makan. Walau tidak berbicara, tapi aku tahu papa bahagia. Bahagia karena papa tahu bahwa kami menyayanginya dengan sepenuh hati. Aku juga semakin yakin bahwa kelak anak-anakku akan berada pada tangan yang tepat. Tangan yang penuh kelembutan dan kasih sayang setiap harinya dan disetiap hembusan nafasnya.

NB: Cepat sembuh papa..
Terima kasih untuk Mama, Dedi dan Lia yang senantiasa menemani dan melayani papa dengan sabar dan penuh kasih sayang setiap harinya.

Minggu, 04 Januari 2009

Tart Ulang Tahunku

Malam baru menunjukkan pukul 22.00, dan film laga yang sedang aku tonton masih seru-serunya. Dengan susah payah aku berusaha menahan kantuk yang menyerang namun tak kunjung berhasil. Aku pun tertidur dengan suksesnya.

Masih kudengar sayup-sayup suara televisi dengan kiblatan cahayanya. Mata masih bisa mengintip dari celah kelopak mata yang mulai redup. Setengah sadar aku mencoba meraih remote tv yang berada diantara tumpukan bantal dan selimut. Klik..maka stand by mode on.

Malam itu adalah tepat tanggal 1 januari, hari pertama di tahun baru 2009. Senang rasanya merayakan tahun baru karena bagiku, tahun baru berarti harapan baru dan semangat baru. Namun, tetap saja kebiasaanku tidak baru yaitu tidak kuat begadang.

Saat nyeyak tertidur, sebuah tangan menggoyang-goyang tubuhku lembut. Suaranya memanggil-manggil namaku. Mimpi atau bukan ya? Karena aku baru tidur 2 jam lamanya.

Makin lama, tangan itu makin terasa menyentuh bahuku dan suaranya semakin jelas kudengar. Secercah cahaya lilin menghangatkan kamarku. ”Happy Birthday sayang...” begitu teriaknya. Sebuah ”tart” hasil karyanya yang terbuat dari setanggup roti tawar, berisi meses coklat dan baluran keju parut sudah terhampar di depanku. Sebuah kue ulang tahun yang luar biasa yang dibuat dengan keiklasan dan dibumbui dengan kasih sayang.

Setelah ku tiup lilinya, maka kue ulang tahun itu aku potong dan ku berikan potongan pertama dengan orang yang sangat spesial di hatiku. Nikmat luar biasa.
Terima kasih sayang, itu kue ulang tahun terenak dan sempurna buat ulang tahunku. I love u..