Hujan tidak turun pagi ini. Mungkin hujan telah menumpahkan semuanya malam tadi. Dengan derasnya, hujan menghantam atap yang dilapisi polycarobonate begitu riuhnya membuat aku terjaga dalam tidurku.
Sudah dari minggu kemarin aku tidak mengantar dia ke kantor. Aku takut dengan ketinggian air yang menggenangi jalanan walau tidak didahului dengan turunnya hujan. Namun, karena hujan semalam, aku semakin khawatir dengan kemungkinan naiknya air.
Apa yang aku khawatirkan benar-benar terjadi. Kawasan Kelapa Gading lumpuh. Air telah merendam apapun yang menghalanginya. Kendaraan tidak berhasil membelah tingginya air. Belum lagi diperparah dengan terbakarnya salah satu tangki pada depo Pertamina. Banjir dan macet menjadi satu.
Aku segera mengangkat telponku. Kekhawatiranku memuncak membaca keadaan kawasan itu. Begitu suaranya terdengar dari kejauhan, aku tahu dia baik-baik saja. Aku menjadi lega.
Menit berlalu, sudah 45 menit tidak ada kabar darinya. Padahal waktu sudah menunjukan pukul 09.00, 30 menit setelah waktu mulai bekerja. Kemana dia? Apakah dia baik-baik saja?
Segera aku menelponnya. Masih terjebak banjir katanya. Namun dia sudah naik ke mobil elf jemputan kantor. Walau macet, tapi relatif aman dan akupun tenang.
Melihat perjuanganya menuju kantor, membuat aku kagum. Mungkin terlihat nekat, namun dia melakukan apa yang dia percaya, pekerjaan yang dia senangi. Walau terlihat sibuk, tidak ada raut kelelahan pada wajahnya. Senyum ceria selalu mengembang cerah.
Semoga semangat dan keceriaan yang tiada henti itu bisa menulari sifat anak kami yang segera melihat wajah kami berseri di bumi.
Sudah dari minggu kemarin aku tidak mengantar dia ke kantor. Aku takut dengan ketinggian air yang menggenangi jalanan walau tidak didahului dengan turunnya hujan. Namun, karena hujan semalam, aku semakin khawatir dengan kemungkinan naiknya air.
Apa yang aku khawatirkan benar-benar terjadi. Kawasan Kelapa Gading lumpuh. Air telah merendam apapun yang menghalanginya. Kendaraan tidak berhasil membelah tingginya air. Belum lagi diperparah dengan terbakarnya salah satu tangki pada depo Pertamina. Banjir dan macet menjadi satu.
Aku segera mengangkat telponku. Kekhawatiranku memuncak membaca keadaan kawasan itu. Begitu suaranya terdengar dari kejauhan, aku tahu dia baik-baik saja. Aku menjadi lega.
Menit berlalu, sudah 45 menit tidak ada kabar darinya. Padahal waktu sudah menunjukan pukul 09.00, 30 menit setelah waktu mulai bekerja. Kemana dia? Apakah dia baik-baik saja?
Segera aku menelponnya. Masih terjebak banjir katanya. Namun dia sudah naik ke mobil elf jemputan kantor. Walau macet, tapi relatif aman dan akupun tenang.
Melihat perjuanganya menuju kantor, membuat aku kagum. Mungkin terlihat nekat, namun dia melakukan apa yang dia percaya, pekerjaan yang dia senangi. Walau terlihat sibuk, tidak ada raut kelelahan pada wajahnya. Senyum ceria selalu mengembang cerah.
Semoga semangat dan keceriaan yang tiada henti itu bisa menulari sifat anak kami yang segera melihat wajah kami berseri di bumi.