Hari sabtu kemaren merupakan hari yang sangat panjang bagi aku dan Nara. Tercatat ada 4 rencana yang harus kita jalani. Ini membuat aku dan istriku berfikir ekstra agar hari dan kegiatan bisa berjalan lancar.
Rencana pertama adalah belanja ke Carrefour. Tujuan utama kesana adalah membeli puzzle spon untuk alas tempat tidur Nara. Ini bertujuan agar kalaupun Nara Jatuh dari kasur mungilnya, dia jatuh di tempat yang aman. Maklum, tidurnya Nara sudah mulai menjelajah setiap jengkal daerah kekuasaanya.
Rencana ke kedua adalah menghadiri ultah Kakak Dimas di pancoran. Ramainya orang yang hadir tidak membuat Nara takut. Dia tetap menunjukkan ekspresi yang gembira dan menyenangkan. Semoga Nara terus begitu ya.
Ketiga adalah ke Pura Rawamangun untuk sembahyang dan membeli bunga. Nara nyaman disana karena Puranya penuh dengan pohon rindang yang meniupkan angin sepoi-sepoi.
Dannn...yang terakhir adalah ke RS Bunda untuk tindik telinga. Inilah rencana yang paling aku takutkan. Kenapa aku takut, karena aku tidak tega melihat Nara menangis. Nara bukan tipe anak yang manja. Dia tidak akan menangis kalau tidak benar-benar merasa sakit.
Sampai di RS Bunda aku mengalami ketegangan yang luar biasa. Tak henti aku memanjatkan doa semoga kegiatan tindik telinga berjalan lancar dan Nara diberi kekuatan. Yang aku khawatirkan terjadi. Tangisan Nara begitu kerasnya memecah kesunyian ruang emergency. Nara terlihat kesakitan dan marah. Hancur rasanya hatiku.
Aku tidak berani melihat karena aku tidak tega. Begitu juga Istriku. Tapi cinta dan kasih mengalahkan segalanya. Aku memberanikan diri untuk menemani Nara. Aku meminta Istriku untuk menjaga Nara. Ia memberanikan diri walau dia takut akan jarum suntik. Cinta kasihnya terpancar hangat membelai Nara.
Nara, Aji tahu itu sangat menyakitkan. Tapi Aji dan Ibu harus melakukan itu karena Aji dan Ibu sayang sama Nara. Aji dan Ibu ingin Nara terlihat semakin cantik dan memang tindik telinga suatu hal yang lumrah untuk dilakukan bagi seorang perempuan. Nanti saat Nara sudah besar, Nara pasti akan mengerti apa yang telah Aji dan Ibu lakukan. Semua karena kecintaan Aji dan Ibu terhadap Nara. We Love U, Nara.
Rencana pertama adalah belanja ke Carrefour. Tujuan utama kesana adalah membeli puzzle spon untuk alas tempat tidur Nara. Ini bertujuan agar kalaupun Nara Jatuh dari kasur mungilnya, dia jatuh di tempat yang aman. Maklum, tidurnya Nara sudah mulai menjelajah setiap jengkal daerah kekuasaanya.
Rencana ke kedua adalah menghadiri ultah Kakak Dimas di pancoran. Ramainya orang yang hadir tidak membuat Nara takut. Dia tetap menunjukkan ekspresi yang gembira dan menyenangkan. Semoga Nara terus begitu ya.
Ketiga adalah ke Pura Rawamangun untuk sembahyang dan membeli bunga. Nara nyaman disana karena Puranya penuh dengan pohon rindang yang meniupkan angin sepoi-sepoi.
Dannn...yang terakhir adalah ke RS Bunda untuk tindik telinga. Inilah rencana yang paling aku takutkan. Kenapa aku takut, karena aku tidak tega melihat Nara menangis. Nara bukan tipe anak yang manja. Dia tidak akan menangis kalau tidak benar-benar merasa sakit.
Sampai di RS Bunda aku mengalami ketegangan yang luar biasa. Tak henti aku memanjatkan doa semoga kegiatan tindik telinga berjalan lancar dan Nara diberi kekuatan. Yang aku khawatirkan terjadi. Tangisan Nara begitu kerasnya memecah kesunyian ruang emergency. Nara terlihat kesakitan dan marah. Hancur rasanya hatiku.
Aku tidak berani melihat karena aku tidak tega. Begitu juga Istriku. Tapi cinta dan kasih mengalahkan segalanya. Aku memberanikan diri untuk menemani Nara. Aku meminta Istriku untuk menjaga Nara. Ia memberanikan diri walau dia takut akan jarum suntik. Cinta kasihnya terpancar hangat membelai Nara.
Nara, Aji tahu itu sangat menyakitkan. Tapi Aji dan Ibu harus melakukan itu karena Aji dan Ibu sayang sama Nara. Aji dan Ibu ingin Nara terlihat semakin cantik dan memang tindik telinga suatu hal yang lumrah untuk dilakukan bagi seorang perempuan. Nanti saat Nara sudah besar, Nara pasti akan mengerti apa yang telah Aji dan Ibu lakukan. Semua karena kecintaan Aji dan Ibu terhadap Nara. We Love U, Nara.