Sabtu pagi adalah hari yang tepat untuk bermalas-malasan. Setelah seminggu bekerja, maka menarik selimut dan kembali meringkuk diatas kasur yang empuk adalah pilihan yang sempurna.
Namun 3 bulan sebelum putri kecil ku lahir, hari sabtu bukan lah menjadi hari untuk bisa bangun siang. DI RS Bunda, tempat Nara lahir ada kelas persiapan untuk melahirkan dan menyusui. Kelas tersebut dilaksanakan pukul 8 pagi dan demi mendukung suksesnya proses melahirkan dan menyusui, maka dianjurkan bagi calon ayah juga ikut kelasnya. Parenting father, demikian mereka menyebutnya.
Istriku sejak awal memang sangat berniat memberikan ASI, nutrisi terbaik, bagi Nara. Untuk itu dia yang biasanya lebih ”sungkan” untuk bangun pagi di hari sabtu menjadi orang yang mendambakan segarnya udara pagi. Ternyata banyak hal-hal yang baru yang menarik dan wajib aku ketahui dalam persiapan menjadi seorang ayah dan mendukung suksesnya proses menyusui. Aku menjadi sangat bersemangat dan tidak sabar untuk mengikuti kelas berikutnya. Salah satu point penting yang aku ingat adalah bahwa sukses tidakny ASI adalah 80% karena pikiran dan 20% karena makanan. Sebuah rumus yang menarik, begitu pikirku.
Hari lahir Nara tiba, ASI tidak bisa keluar. Istriku yang awalnya tenang menjadi panik karena tekanan lingkungan. RS Bunda yang sangat mendukung ASI terus memberi dukungan dan motivasi. Aku berfikit mungkin karena lelah usai melahirkan yang membuat ASI di hari pertama dan kedua tidak sukses. Segala upaya aku lakukan untuk mendukungnya. Syukur Nara juga sangat koperatif dengan tidak banyak merengek dan menangis walau tidak memperoleh ASI. Aku bisa lebih tenang karena di kelas diajarkan anak baru lahir bisa tidak minum selama 2x24 jam.
Pijat, doa dan semuanya dilakukan. Akhirnya hari ketiga ASI mengalir dengan derasnya, bisa memenuhi asupan nutrisi terbaik untuk Nara. Kulkas penuh dengan stok ASI beku. Sungguh pemandangan yang indah dan membanggakan.
Enam bulan berlalu, Nara sukses dengan ASI ekslusifnya. Itu membuat Nara tumbuh sehat dan kuat. Dengan tujuan selalu memberikanyang terbaik, dia tetap memberikan ASI untuk Nara, sampai saat ini, 2 tahun lamanya.
Enam bulan berlalu, dia berhak atas gelar ”Sarjana ASI”
Satu tahun berlalu, dia berhak atas gelar ”Master ASI”
Satu setengah tahun berlalu, dia berhak atas gelar ”Doktor ASI”
Dan dua tahun berlalu, dia sekarang menyandang ”Profesor ASI”
Gelar yang sangat membuat aku bangga dan terharu karena aku percaya dan yakin perjuangannya selama ini tidaklah mudah. Banyak hambatan (lingkungan) yang harus dia lawan demi kepercayaan dan keyakinannya atas karunia terbaik yang Tuhan berikan untuk anak yang kita cintai.
Selamat ”Profesor ASI” ku. Aku bangga kamu sudah berusaha memberikan yang terbaik untuk Nara tercinta. Mudah-mudahan perjuangan dan pengalamanmu memberikan inspirasi dan motivasi bagi ibu-ibu lainnya untuk selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi putra-putri tercinta.