Kamis, 17 April 2014

Gita Senja

Tiba-tiba pukul 02.30 WIB, istriku membangunkanku. Sedikit kaget dan khawatir apa yang terlah terjadi. Istriku merasa sakit dan tidak nyaman di kandungannya. Aku tahu dia berusaha tenang dan tidak membuatku khawatir dengan ”hanya” meminta untuk di pijat.

Namun apa yang telah dokter jelaskan hari sabtu lalu saat kontrol rutin membuatku harus meningkatkan kewaspadaanku. Tidak ada alasan, aku memaksa untuk segera pergi ke rumah sakit untuk segera dilakukan diagnosa.

Nara aku bangunkan dan dengan semangat segera ikut menemani ke rumah sakit. Setiba di rumah sakit, istriku langsung di rujuk ke ruang bersalin karena kandungan sudah berusia 38 minggu.

Tak berapa lama, suster menyampaikan informasi kalau dokter mengatakan harus segera dilakukan tindakan pada pukul 06.30 wib. Deg-degan campur senang berkecambung dalam dada. Tak bosan-bosan aku panjatkan doa supaya proses persalinan berjalan lancar dan bayi serta istriku dalam sehat dan selamat.

Tangis yang aku tunggu akhirnya terdengar juga. Ida Ayu Gita Senja Putri Dauh melengkapi kebahagian keluarga kecil kami. Seiring doa yang tersemat dalam namanya, semoga Gita bisa menjadi anak yang selalu riang, lembut, jujur dan sederhana serta memberi kebahagiaan pada semua.

Aji, Ibu dan Kakak Nara semakin bahagia dengan kehadiran Gita. Kami semua sayang Gita.

Sabtu, 22 Februari 2014

Lentera Jiwaku

Kemaren malam, aku menonton acara favoritku sejak 8 tahun yang lalu yaitu Kick Andy. Acara yang sangat inspiratif dan bisa menambah kepekaan kita sebagai manusia. 

Dalam salah satu sesinya, mereka membahas mengenai Kick Andy yang dinamakan Kick Andy off air yang diberi judul Lentera Jiwa. Judul itu terinspirasi dari sebuah judul lagu ciptaan Nugie yang mulai populer tahun 2009 kalau tidak salah.

Syair lagu melantun dengan merdu. Mata tetap aku arahkan ke televisi, namun tidak dengan pikiran dan perasaanku. Tiba-tiba perasaanku hayut dalam syair lagu itu dan pikiranku melayang jauh ke masa yang lalu. Aku teringat ketika waktu lulus SMP, aku ingin masuk ke SMA 1 Denpasar (Smansa), sekolah terbaik dan terfavorit di Bali. Entah kenapa, aku tidak mau sekolah lain dan hanya Smansa yang ada dipikiran dan hatiku. 

Sempat aku disarankan untuk tidak sekolah disana karena ini dan itu sehingga dijamin aku tidak akan bisa bertahan dan berprestasi disana. Aku bingung di tengah waktu pendaftaran yang semakin mendesak. Ditengah kebimbangan itu, suatu malam Papa datang menghampiriku di kamar dan berkata "Kalau Budi yakin kesana, jalani aja". Terang duniaku. akupun masuk kesana, masuk kelas unggulan, jadi ketua OSIS dan mendapat PMDK ke UI. Tanpa kusadari aku sudah mengikuti kata hatiku, lentera jiwaku yang pada saat itu dijaga oleh Papa.

Hal yang sama juga terjadi begitu aku mau berangkat kuliah. Entah bagaimana, aku sangat terpesona oleh jaket almamater UI yang berwarna kuning cerah. Dengan bermodal nilai rapot yang cukup, aku melamar PMDK di UI. seperti dejavu, aku kembali diragukan dengan berbagai alasan yang kadang tidak dapat aku mengerti. Hati nurani mengatakan aku harus berangkat ke UI, namun lentera itu nyaris redup sampai Papa kembali menyalakan dan menghangatkannya. Maka berangkatlah aku ke UI.

Dengan waktu 3.5 tahun, aku bisa mengenyam gelar sarjana di FEUI dengan nilai yang bisa aku banggakan. Perjuangan pada saat kuliah tidaklah mudah. Home sick menjadi kendala dan penghambat terbesarku. Lentera jiwaku nyaris redup. Terima kasih pada Tuhan aku mempunyai Mama yang luar biasa dan terus membimbing dan memotivasiku untuk tidak pernah menyerah hingga lentera itu tetap menyala. Lulus kuliah, aku bekerja di kantor yang nyaman namun aku sadar itu bukan bidang pekerjaan yang aku dambakan. Aku ragu dan takut pindah kerja karena tempat itu begitu nyaman dan aman. Namun aku sadar lentera jiwaku menuntunku untuk ke tempat lain. Dengan segala risiko, aku pindah kerja karena aku yakin lentera jiwaku akan menjadi penunjuk jalanku dan benar, aku mendapat jalanku.

Tersadar kembali pada acara televisi favoritku. Perasaan haru campur aduk di dada. Aku bersyukur pada Tuhan karena aku selalu diberi lentera jiwa yang tidak pernah padam dan selalu menjadi penuntun jalanku serta dikelilingi oleh orang-orang tercinta yang menjaga lentera jiwaku tetap menyala terang penuh keyakinan.

Sekarang aku adalah seorang kepada keluarga dari sebuah keluarga kecil yang sangat sempurna dan bahagia. Aku memiliki Istri yang luar biasa dan anak (Nara) yang penuh kejutan. Dengan menonton acara kemarin malam, aku sangat bersyukur karena Tuhan kembali mengingatkanku akan lentera jiwa.

Akupun kembali berjanji untuk tidak akan pernah memaksakan Nara dan adiknya yang akan segera menghirup udara di dunia untuk menjadi apa di kemudian hari. Aku akan membiarkan mereka sekolah dan menyalurkan minat sesuai dengan panggilan dan tuntunan jiwanya karena aku yakin akan murninya hati nurani yang akan menuntun mereka untuk menemukan kebahagiannya kelak. 

Biarkan mereka mengikuti suara dalam hati yang selalu membunyikan cinta.
Ku percaya dan kuyakini murninya nurani, menjadi penunjuk jalannya, lentera jiwa mereka. 


Kamis, 02 Januari 2014

Adiknya Narachan

Usia Ade’ di kandungan sudah 24 minggu. Hmm..sudah ga sabar Aji menunggu Ade’ untuk segera melihat dunia, melihat keluarga kecil kita. Keluarga yang penuh dengan kehangatan dan kasih sayang.
                                  
Kakak Nara sudah meminta ke Aji dan Ibu untuk bisa sekamar dengan Ade’. Aji yakin Kakak Nara pasti bisa menjadi Kakak yang hebat dan luar biasa untuk Ade’.

Sabtu minggu lalu Aji, Ibu dan Kakak Nara kontrol ke Dokter Kandungan. Kata Dokter semua kondisi Ade’ dalam keadaan sehat dan normal. Senang dan bahagia mendengarnya. Semoga Ade’ sehat terus ya sampai lahiran nanti.

Aji yakin dengan kehardiran Ade’ pasti warna rumah dan keluarga kita semakin ceria dan lengkap. Ga sabar menunggu bulan April. Aji, Ibu dan Kakak Nara banget sayang sama Ade’. Bantu Ibu ya De’ supaya Ibu juga tetep sehat dan kuat.

http://lmtf.lilypie.com/TikiBlogger.php/N9VM

Kartu Dari Nara

”Aji, Nara punya kejutan untuk Aji!”, begitu Nara tiba-tiba dengan semangatnya masuk ke kamarku. Dengan datang membawa sebuah kertas kecil, Nara memelukku. ”Selamat ulang tahun Aji sayang, Nara sayang Aji”, begitu ucapnya.


Aku buka kertas itu dan berisi hasil karya dan tulisan Naraku.


Nara, sejak Nara masih di kandungan Ibu, Aji merasa hidup Aji akan sempurna dengan kehadiran Nara. Begitu Nara lahir dan bertumbuh sampai saat ini, Aji merasa semakin sempurna dan beruntung karena mempunyai anak yang luar biasa seperti Nara. Nara adalah hadiah dan harta terindah buat Aji dan Ibu. Terima kasih sudah menjadi anak yang luar biasa dan terima kasih kartu ucapannya. Aji sayang banget sama Nara. 

Bukan Surat Biasa

Sejak mengandung anak kedua kami, Istriku tercinta susah untuk bangun pagi. Aku mengerti karena energi ibu hamil sangat terkuras ditambah dengan pekerjaan rumah tangga yang tak ada habisnya.

Pagi ini terasa beda. Dengan mata yang berat untuk terbuka, dia menemaniku sampai ke depan pintu rumah. Sebuah kecupan hangat mendarat di pipiku dan selebar surat terselip di sakuku. ”Baca sampai di kantor”, begitu pesannya.

Begitu tiba dikantor, kubuka dan kubaca surat itu. Begini isinya:

2 Januari 2014
Dear Ajikun,

Kalo ga ada kamu, mungkin..
yang ilang bukan cuma ijasahku.
Surat-surat penting lainnya pasti berceceran entah dimana.

Mobil akan mogok dijalan
karena aku selalu lupa isi bensin..

Aku akan jadi penghuni RS di usia muda
karena tiap hari makan xxxmie & junk food..

Puyeng di tanggal tua.
karena ternyata aku bukan pengelola keuangan yg baik..
Insomia berat karena aku ga bisa tidur nyenyak sendirian.
Kelaperan tiap malem karena ga ada yg beliin makan.

See..betapa aku sangat manja dan sangat tergantung sm kamu.
Betapa kamu berhasil melengkapi semua kekuranganku.
Betapa aku membutuhkanmu. Melebihi dari yg kamu tahu.

Terima kasih udah membuat hidupku sempurna dan berwarna.
Segala doa terbaik untuk pasangan hidupku yg terbaik.

Happy Birthday.
I love you. Always,

Luv,

Bergetar hatiku dan berkaca-kaca mataku ketika membaca surat itu. Aku kembali teringat akan kodratku sebagai seorang suami dan ayah yang memang tidak sempurna. Namun aku selalu berusaha mencintai, menyanyangi dan melindungi keluargaku dengan cara yang sempurna. Terima kasih istriku tercinta.