Kemaren malam, aku menonton acara favoritku sejak 8 tahun yang lalu yaitu Kick Andy. Acara yang sangat inspiratif dan bisa menambah kepekaan kita sebagai manusia.
Dalam salah satu sesinya, mereka membahas mengenai Kick Andy yang dinamakan Kick Andy off air yang diberi judul Lentera Jiwa. Judul itu terinspirasi dari sebuah judul lagu ciptaan Nugie yang mulai populer tahun 2009 kalau tidak salah.
Syair lagu melantun dengan merdu. Mata tetap aku arahkan ke televisi, namun tidak dengan pikiran dan perasaanku. Tiba-tiba perasaanku hayut dalam syair lagu itu dan pikiranku melayang jauh ke masa yang lalu. Aku teringat ketika waktu lulus SMP, aku ingin masuk ke SMA 1 Denpasar (Smansa), sekolah terbaik dan terfavorit di Bali. Entah kenapa, aku tidak mau sekolah lain dan hanya Smansa yang ada dipikiran dan hatiku.
Sempat aku disarankan untuk tidak sekolah disana karena ini dan itu sehingga dijamin aku tidak akan bisa bertahan dan berprestasi disana. Aku bingung di tengah waktu pendaftaran yang semakin mendesak. Ditengah kebimbangan itu, suatu malam Papa datang menghampiriku di kamar dan berkata "Kalau Budi yakin kesana, jalani aja". Terang duniaku. akupun masuk kesana, masuk kelas unggulan, jadi ketua OSIS dan mendapat PMDK ke UI. Tanpa kusadari aku sudah mengikuti kata hatiku, lentera jiwaku yang pada saat itu dijaga oleh Papa.
Hal yang sama juga terjadi begitu aku mau berangkat kuliah. Entah bagaimana, aku sangat terpesona oleh jaket almamater UI yang berwarna kuning cerah. Dengan bermodal nilai rapot yang cukup, aku melamar PMDK di UI. seperti dejavu, aku kembali diragukan dengan berbagai alasan yang kadang tidak dapat aku mengerti. Hati nurani mengatakan aku harus berangkat ke UI, namun lentera itu nyaris redup sampai Papa kembali menyalakan dan menghangatkannya. Maka berangkatlah aku ke UI.
Dengan waktu 3.5 tahun, aku bisa mengenyam gelar sarjana di FEUI dengan nilai yang bisa aku banggakan. Perjuangan pada saat kuliah tidaklah mudah. Home sick menjadi kendala dan penghambat terbesarku. Lentera jiwaku nyaris redup. Terima kasih pada Tuhan aku mempunyai Mama yang luar biasa dan terus membimbing dan memotivasiku untuk tidak pernah menyerah hingga lentera itu tetap menyala. Lulus kuliah, aku bekerja di kantor yang nyaman namun aku sadar itu bukan bidang pekerjaan yang aku dambakan. Aku ragu dan takut pindah kerja karena tempat itu begitu nyaman dan aman. Namun aku sadar lentera jiwaku menuntunku untuk ke tempat lain. Dengan segala risiko, aku pindah kerja karena aku yakin lentera jiwaku akan menjadi penunjuk jalanku dan benar, aku mendapat jalanku.
Tersadar kembali pada acara televisi favoritku. Perasaan haru campur aduk di dada. Aku bersyukur pada Tuhan karena aku selalu diberi lentera jiwa yang tidak pernah padam dan selalu menjadi penuntun jalanku serta dikelilingi oleh orang-orang tercinta yang menjaga lentera jiwaku tetap menyala terang penuh keyakinan.
Sekarang aku adalah seorang kepada keluarga dari sebuah keluarga kecil yang sangat sempurna dan bahagia. Aku memiliki Istri yang luar biasa dan anak (Nara) yang penuh kejutan. Dengan menonton acara kemarin malam, aku sangat bersyukur karena Tuhan kembali mengingatkanku akan lentera jiwa.
Akupun kembali berjanji untuk tidak akan pernah memaksakan Nara dan adiknya yang akan segera menghirup udara di dunia untuk menjadi apa di kemudian hari. Aku akan membiarkan mereka sekolah dan menyalurkan minat sesuai dengan panggilan dan tuntunan jiwanya karena aku yakin akan murninya hati nurani yang akan menuntun mereka untuk menemukan kebahagiannya kelak.
Biarkan mereka mengikuti suara dalam hati yang selalu membunyikan cinta.
Ku percaya dan kuyakini murninya nurani, menjadi penunjuk jalannya, lentera jiwa mereka.