Sejak mengandung anak kedua kami, Istriku tercinta susah untuk bangun pagi.
Aku mengerti karena energi ibu hamil sangat terkuras ditambah dengan pekerjaan
rumah tangga yang tak ada habisnya.
Pagi ini terasa beda. Dengan mata yang berat untuk terbuka, dia menemaniku
sampai ke depan pintu rumah. Sebuah kecupan hangat mendarat di pipiku dan
selebar surat terselip di sakuku. ”Baca sampai di kantor”, begitu pesannya.
Begitu tiba dikantor, kubuka dan kubaca surat itu. Begini isinya:
2 Januari 2014
Dear Ajikun,
Kalo ga ada kamu, mungkin..
yang ilang bukan cuma ijasahku.
Surat-surat penting lainnya pasti berceceran entah dimana.
Mobil akan mogok dijalan
karena aku selalu lupa isi bensin..
Aku akan jadi penghuni RS di usia muda
karena tiap hari makan xxxmie & junk food..
Puyeng di tanggal tua.
karena ternyata aku bukan pengelola keuangan yg baik..
Insomia berat karena aku ga bisa tidur nyenyak sendirian.
Kelaperan tiap malem karena ga ada yg beliin makan.
See..betapa aku sangat manja dan sangat tergantung sm kamu.
Betapa kamu berhasil melengkapi semua kekuranganku.
Betapa aku membutuhkanmu. Melebihi dari yg kamu tahu.
Terima kasih udah membuat hidupku sempurna dan berwarna.
Segala doa terbaik untuk pasangan hidupku yg terbaik.
Happy Birthday.
I love you. Always,
Luv,
Bergetar hatiku dan berkaca-kaca mataku ketika
membaca surat itu. Aku kembali teringat akan kodratku sebagai seorang suami dan
ayah yang memang tidak sempurna. Namun aku selalu berusaha mencintai,
menyanyangi dan melindungi keluargaku dengan cara yang sempurna. Terima kasih istriku tercinta.