Kamis, 04 Agustus 2016

Semua Karena CINTA

Hari minggu lalu aku pergi ke bandara menggunakan bus bandara. Aku ke bandara untuk menjemput adik iparku yang akan tugas ke Jakarta atau tepatnya ke wilayah ciawi. Bus yang aku tumpangi tidak penuh dan sangat nyaman.

Lumayan cerah dan dingin pagi itu. Bus berjalan anggun di tengah lenggangnya jalan bebas hambatan yang membelah kota Jakarta. Ku nikmati setiap detail perjalanan, ku resapi setiap nafas dan ku syukuri semuanya.

Dalam perjalanan aku merenung. Entah kenapa pikiranku kembali ke masa-masa dimana aku memulai perjalanan hidupku dengan istriku tercinta. Mulai bagaimana kami bertemu, mempersiapkan pernikahan, memiliki anak sampai dengan pindah kerja dan kantor.

Kembali aku resapi perjalanan itu. Sunggu bukan merupakan perjalanan yang sangat mulus dan lenggang seperti perjalanan ku ke bandara hari ini. Mulai membangun fondasi keluarga dan memenuhi segenap kebutuhannya.

Ada saat dimana uang yang tersisa hanya uang di ATM sedangkan si mekarsari, begitu kami menyebut mobil pertama kami, minta dirawat di bengkel. Kondisi pekerjaanku yang sangat berhubungan dengan dunia pasar modal dan keuanganpun juga mengalami pasang surut seiring dengan krisis global dan pasar keuangan.

Tahun 2015 pun menjadi salah satu tahun tersulit dalam hidupku. Kembali mengalami ”bencana” di pasar keuangan dan susahnya memenuhi target akhir tahun. Berat dan penat sangat terasa.

Pulang ke rumah terasa sangat lelah. Istriku mulai bertanya apa yang terjadi. Mulutku pun bercerita seperti air mengalir sampai jauh. Setelah puas bercerita, diapun menjawab, ”hidup itu khan seperti roda, tetaplah semangat dan jangan hiraukan aura negatif disekitarmu”, demikian kira-kira inti nasehatnya.

Sontak aku terbangun dari ”mimpi buruk ku”. Apa yang diucapkannya benar sekali. Ini bukan pertama aku mengalami dan menghadapi hal seperti ini dan aku selalu bisa bangkit kembali.

Aku sudahi perbincangan malam itu dan bergegas mandi. Lalu seperti biasa aku mengambil peralatan sembahyangku. Dalam doa aku kembali merenungi perbincangan malam ini. Tuhan hadir kembali menyadarkanku dan memberiku semangat melalui orang-orang tercintaku.

Aku kembali bisa berdiri dan belari sekarang bukan karena aku adalah orang yang hebat dan kuat. Namun itu karena CINTA. Iya, cinta Tuhan, Cinta istri dan anak-anakku. Tuhan dan keluargaku selalu ada untukku. Namun pikiran yang kusut dan penuh kekhawatirkan membuatku tidak sadar akan cinta Tuhan dan keluargaku.

Bus sudah memasuki gerbang bandara. Nafas panjang aku hirup dan resapi, mengalir keseluruh tubuhkan. Syukur terucap dalam hati atas segala karunia dan cinta untukku. Cinta Tuhan dan cinta istri dan anak-anak kepadaku.