Tahun 2015 adalah tahun yang berat bagiku. Tahun
dimana aku merasa berada pada titik nadir dalam karir dan pekerjaanku setelah
melalui tahun-tahun yang luar biasa dan penuh karunia.
Hari-demi hari aku lalui dengan berat hati,
seolah-olah rasa syukur menjahui diri. Bulan berlalu dan tak terasa sudah
hampir 4 bulan aku merasa seperti ini. Sampai pada suatu hari, saat pulang
kantor, aku terjebak dalam kemacetan yang luar biasa. Dengan pikiran yang carut
marut, aku memasang handsfree dan memencet sebuah nomor telepon. Aku menelepon
istriku.
Cerita mengalir sederas air sungai mengalir. Semua
aku tumpahkan karena dia adalah lautan yang luas yang bisa menamung air sungai
yang kotor ini. Dibalik telepon, aku dengar dia tersenyum. Tidak ada nada
emosi, hanya nada yang sejuk.
Banyak hal yang dia sampaikan dan membuat aku
tersentak. Ternyata, sengaja atau tidak sengaja aku sudah melakukan kesalahan
yang fatal. Tanpa kusadari, setelah melalui tahun-tahun yang luar biasa, aku
lupa diri. Syukur terucap, namun ego pun meningkat. Kebanggaan diri naik,
kesadaran diri menurun.
Apa yang terjadi dengan diriku? Apakah Tuhan tidak
sayang lagi kepadaku? Aku masih memanjatkan doa kehadapanNya. Namun kenapa bisa
begini?
Dari ujung telepon, dia tersenyum. Iya, kebiasaan
mu memang masih sama. Tapi coba dipikir dan direnungkan kembali. Belakangan
ini, itu kegiatan ritual atau spiritual? Terhenyak dan terhentak aku dibuatnya.
Ternyata belakangan waktu ini aku ”lupa” dan ”menjauh” darinya.
Kembali aku mendengar nasehatnya. Tuhan itu sayang
banget sama kamu, namun jangan lupa Tuhan itu juga maha adil. Sekarang Tuhan
sedang ”menyentil” kamu supaya kamu kembali berpijak ke bumi dan tidak melayang
diangkasa.
Tak terasa, air mata menetes. Aku terdiam. Semua
yang dikatakannya benar. Dalam sisa perjalanan pulang, aku merenung semua ucapanya
dan masih bersyukur bahwa aku masih selamat sampai saat ini. Keyakinanku
semakin kuat. Tuhan Maha Penyayang dan Maha Adil. Aku cuma bisa memohon, jika
aku salah, maka Tuhan menghukumku dengan Kasih SayangNYa, dan bukan KeadilanNya, seperti hukuman kasih sayang yang sudah pernah
aku rasakan tahun 2015.