Minggu, 25 Februari 2018

Cintaku Dalam Sebuah Durian

Entah berapa tahun dan berapa purnama sudah aku melewatkan hari kasih sayang atau yang lebih mudah disebut hari Valentine. Sampai dengan hampir 10 tahun pernikahan kita, aku mungkin sudah melewatkan setengah darinya dengan tidak memberikan kamu cokelat atau bunga.

Apakah berarti aku sudah tidak sayang? SALAH. Justru setiap tahun,setiap bulan, setiap hari bahkan setiap detiknya, sayang dan cintaku semakin bertambah dan akan semakin mengakar kuat.

Cinta kadang memang tidak berwujud bunga atau cokelat. Tapi bisa dalam wujud durian, duku, sop kambing atau sushie  seperti yang kamu suka.

Hanya itu yang bisa aku sampaikan untuk saat ini. Aku yakin aku tidak akan pernah menjadi sempurna tapi jangan ragukan kalau aku selalu berusaha menjadi dan melakukan segalanya dengan sempurna untuk kamu dan anak-anak tercinta. I Love you more and more.....

Besarkan Jiwa, Kecilkan Raga

Orang kantor menyebutku sebagai Cinderella dalam versi laki-laki. Tidak heran aku disebut demikian karena aku hampir tidak pernah mau pergi malam hari untuk sekedar menikmati malam atau acara pribadi yang tidak berhubungan dengan pekerjaan lainnya.

Aku memang anti pulang atau pergi malam selepas jam kantor. Aku lebih suka pulang, istirahat dan bertemu dengan keluargaku tercinta. Namun untuk beberapa acara, aku wajib menghadirinya karena berhubungan erat dengan perkerjaanku.

Seperti kemarin aku bertemu dengan salah seorang teman yang sebut saja namanya Masjuri. Aku selalu senang beremu dengannya. Terlepas dari urusan kerja, dia suka memberi ilmu-ilmu kehidupan, fisafat dan kebaikan dalam menjalani hidup.

Saat mendengar dia bercerita, aku berusaha dengan sangat untuk merendahkan diriku sehingga ilmu dan pengetahuan itu dapat mengalir lancar dalam diriku karena aku tahu ilmu dan pengetahuan akan mengalir deras dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, seperti air.

Kali ini dia bercerita bagaimana supaya kita tenang dan tidak selalu gelisah. Mengawali cerita, dia menyebutkan bahwa tubuh ini terdiri dari 2 unsur yaitu jiwa dan raga yang dimana kalau dijumlah nilainya 100%.

Saat manusia itu rakus, sombong dan merasa lebih unggul dari manusia lainnya, maka raga dia yang sedang menguasai jiwanya. Dalam kata lain, porsi raganya diatas 50% sehingga dominan atas jiwanya. Ini yang menyebabkan ketidakharmonisan dan kegelisahan dalam kehidupan.

Lalu aku bertanya, bagaimana cara supaya jiwa kita bisa berkuasa atas raga kita? Dia menjawab dengan bersabar, berdoa, melakukan, berkata dan berfikir yang positif sehingga energi positif akan mengalir dan menyelimuti kita dan pada akhirnya raga kita semakin kecil, jiwa kita semakin besar.

Tak terasa, jam sudah menunjukkan pukul 23.15 malam dan ”Cinderella” harus segera pulang. Ilmu dan petuah baru sudah mengisi diriku. Pulang malam kali ini benar-benar bermakna dan tidak hanya sekedar senyum palsu yang diberikan kepadaku seperti pertemuan dengan orang lain sebelum-sebelumnya 

Minggu, 18 Februari 2018

Si Budi Kecil

Mataku menatap jauh kedepan. Aku melihat Budi kecil bermain layangan, petasan dan berangn di sungai yang mengalir tenang. Selain itu, bermain sepak bola di jalanan yang kala itu terlihat lebar dan luas adalah aktifitas sehari-hari si Budi kecil.

Lelah bermain, pulang, makan dan tidur. Tidak ada batasan dan sekat yang menghalangi aktifitas kecilku. Berangsur-angsur, jarak pandang makin pendek karena beberapa arena bermainku yang dulunya berupa hamparan sawah dan ladang yang luas telah berubah menjadi perumahan.

Kembali aku melihat si Budi kecil berlari menyusuri jalanan yang asri dan hijau dengan riang gembira penuh keceriaan. Ahh banyak yang sudah berubah tapi sebagian besar masih sama. Suasana, lingkungan dan kehangatan rumah yang selalu aku rindukan. Selalu senang bisa kembali ke rumah dan aku pasti akan kembali.