“Nara naik siapa Pak Rahmat?” begitu aku memulai percakapan dengan pelatihnya. Hari itu, Minggu 17 April 2022 Nara sebenarnya tidak dalam kondisi sehat karena keluhan pusing 2 hari terakhir. Namun dia memaksakan diri untuk berlatih karena sudah kangen ingin bertemu dengan kuda-kuda kesayangannya.
“Nara, kamu sama Zepplen ya”, begitu pelatihnya berkata. Ada 2 kuda yang sering banget riding dengan Nara dan menjadi teman latihannya. Namanya Zepplen dan Quitnice.
Latihan di mulai dan aku bisa melihat keceriaan Nara sewaktu “menyatu” dengan kudanya. Hilang semua rasa sakit kepala seketika setiba di kendang kuda.
Tak terasa, satu jam berlalu dan latihan sudah mendekati akhir. Di ujung waktu latihan, Pak Rahmat memberi informasi kalau ini adalah last riding dengan Zepplen karena dia akan pindah tugas ke Jawa Tengah. Begitu juga dengan Quitnice yang akan bertugas di Bali.
Sedih mendengar berita itu dan saat itu aku berusaha keras untuk menahan air mata agar tak jatuh membasasi pipi. Layaknya petugas Kepolisian, kuda polisi pun harus siap pindah dan bertugas kemana saja.
Kuda dan rider layaknya sepasang sepatu. Mereka harus menyatu dan tidak bisa jalan sendiri-sendiri. Kuda dan rider harus saling mendukung dan bekerja sama. Sebagai makhluk hidup, kuda bisa merasa disayang dan memberikan kasih sayang kepada rider nya.
Pak Rahmat memberi waktu ke Nara waktu untuk good bye lap dengan Zepplen beberapa putaran. Sedih rasanya tapi itulah konsekuensi kuda polisi.
Dalam hati aku berdoa, “selamat bertugas di tempat yang baru Zepplen dan Quitnice. Semoga kamu bahagia disana. Terima kasih sudah menjadi teman, sahabat dan guru untuk Nara sehingga dia bisa pada level dan kepercayaan diri saat ini”
Zepplen dan Quitnice, kami akan selalu sayang dan merindukanmu. Semoga kita masih bisa berjumpa di kemudian hari.