Jumat, 28 Agustus 2009

Sebuah Bayangan

Hujan kemarin begitu deras mengguyur kota Jakarta. Angin bertiup kencang menerbangkan dedaunan yang berguguran dari tangkainya. Aku melihat dari ketinggian kota, berlindung di balik hangatnya ruang kerja. Begitu banyak orang membuat kepadatan jalan semakin parah. Jauh ke depan aku melihat lampu-lampu kendaraan, mencoba mencari sesosok bayangan. Dimanakah aku bisa menemukannya?

Tak terasa sudah lebih dari satu tahun berlalu sejak aku mengucapkan janji itu dihadapan Tuhan. Dia, telah banyak memberikanku kebahagiaan dan keceriaan. Selalu menolong aku saat aku terjatuh dan mengingatkanku saat aku terbang terlalu tinggi. Memberikan tangannya untuk menuntunku.

Orang bilang itu hanya permulaan dari indahnya masa-masa awal pernikahan. Namun sekarang, cinta itu ada disini. Tidak ada salahnya aku menikmatinya dan membawaku terbang jauh.

Semakin lama aku melihat, semakin susah aku menemukan bayangan itu. Dimana dia? Didalam hati dan pikiranku. Seketika jalanan terlihat lengang. Aku berangkat pulang untuk segera bertemu dengannya, orang yang telah membuat aku selalu ingin bernyanyi.

Jumat, 14 Agustus 2009

Bidadariku

Sudah jam 17.30 ternyata. Waktu berlalu begitu cepatnya. Aku bersiap pulang. Namun aku merasa ada yang kurang dari hari-hari biasanya. Dan kekurangan itu adalah tidak adanya istri pulang ke rumah bersamaku.

Dia sedang melakukan tugas kantor di Surabaya. Walau cuma 2 hari, namun serasa sangat lama. Aku ingin segera hari jumat. Mungkin dulu aku pernah sesumbar bawah setelah Nara berusia 6 bulan, kamu boleh pergi lebih dari seminggu. Tapi sepertinya aku haru menarik kata-kataku itu. Jangankan seminggu, sehari saja aku merasa kesepian.

Sekarang hari jumat. Akan ada libur panjang sampai hari senin nanti. Aku begitu semangat untuk pulang. Bukan hanya karena libur itu, namun aku akan segera bertemu dengan 2 bidadariku yang sudah menunggu di rumah. Bidadari yang selalu aku dambakan dan menjadi semangat hidupku. Istri dan anakku tercinta.