Kamis, 15 Oktober 2009

Jogja

Dadaku serasa sesak. Nafasku terasa berat. Mataku layu menatap Nara yang sedang tertidur lelap. Air mata mulai mengalir membasahi pipiku. Memikirkan jadwal minggu ini membuatku sedih tak terkira.

Aku harus menghabiskan akhir pekanku kali di Jogja. 2 hari bagi sebagian orang mungkin bukan waktu yang lama. Namun tidak untukku. Aku harus mengikuti kegiatan kantor disana.

Dalam hatiku ada ketidakrelaan meninggalkan kalian berdua di Jakarta. Terbayang kegiatan yang biasa kita jalankan di akhir pekan. Bercanda, tertawa dan riang bersama. Senyum kalian menghapus semua lelahku.

Jadwal harus aku jalankan. Aku harus berangkat. Aji mohon doa semoga kegiatan Aji bisa berjalan dengan lancar dan kembali ke rumah dengan selamat. Semoga Aji bisa membawa pulang oleh-oleh untuk kalian berdua di rumah. Tak sabar segera hari minggu, dan memeluk erat kalian berdua. Aji sayang Ibu dan Nara, muaahhh....

Kamis, 08 Oktober 2009

"Andaikan Kau Datang"

Bus biru besar itu tampak kosong dari luar. Aku bergegas naik kedalam. Aku mulai mencari tempat duduk. Masih ada beberapa kursi tersisa di barisan belakang. Setelah bus melaju di dalam jalan bebas hambatan, musisi jalanan segera memainkan lagu-lagu andalannya.

Sampai tiba pada satu lagu yang sayup-sayup aku dengar dengan judul ”Andaikan Kau Datang” dari Koes Plus. Entah kenapa saat mendengar lagu itu pikiranku melayang ke masa-masa kuliah dulu.
Dari jendela kamarku, aku menghirup udara pagi yang segar. Asrama tempat aku tinggal berada di ujung kampus yang dikelilingi oleh hutan yang lebat dan danau yang indah. Cerahnya dunia penuh dengan senyum ceria menyapa. Pikiran murni dan keseimbangan dalam hidup membuat aku seolah-olah melangkah tanpa beban.

Sejarah aku tiba di kampus itu tidak terlepas dari ijin papa. Dia yang memegang ”paspor” keberangkatanku. Dengan penuh kesungguhan aku berusaha meyakinkannya kalau aku pasti bisa disana. Ijin itu aku peroleh dengan berbagai catatan yang harus aku patuhi.

Aku teringat setiap surat yang aku terima dari papa pasti tak sabar segera ku buka. Tulisan tangan yang khas dan sulit dibaca tidak memudarkan niatku untuk membacanya. Pesan - pesan yang memberikanku kekuatan dan semangat telah membimbingku sehingga aku berhasil lulus dengan tepat waktu.

Lagu itu mulai memasuki lirik terakhirnya. ”Lagu ini, kuakhiri”, begitu lantun musisi itu, sekaligus mengakhiri perjalanan kilas balikku berhenti di halte komdak. Melangkah turun menuruni bus, masih terngiang-ngiang senyum dan sms terakhirnya sebelum aku ditinggal tidur. Papa mengatakan kalau aku tidak boleh lupa bawah aku sudah punya keluarga sendiri, jaga, cintai dan sayangi Istri dan Anak-anakmu kelak.


Pesan yang singkat, padat dan penuh makna yang pasti akan aku jalani dengan segenap kemampuanku seperti apa yang telah papa berikan kepada mama dan anak-anak papa yang selalu bangga dengan papa.