Minggu, 13 Juni 2010

Cinta Tak Selalu Berwujud Bunga

Aku bukanlah orang yang pintar menulis puisi indah. Bukan juga seorang penulis cerita cinta. Namun entah mengapa ide itu mengalir begitu saja, tertuang dalam kertas putih, sejak aku menemukan dirimu. Awal-awal aku bersamamu, begitu banyak cerita dan puisi yang mampu aku hasilkan untuk aku serahkan kepadamu. Itu adalah salah satu ekspresi rasa sayang dan cintaku padamu.

Banyak orang bilang bahwa keromantisan dan kemesraan itu hanya awal saja. Semua akan berubah bahkan hilang begitu saja setelah sekian lama bersama. Sedari awal aku sangat tidak setuju dengan pendapat itu. Aku tetap yakin bahwa ide dan romantisme ku akan kekal sepanjang jaman.

Memang, belakangan ini aku tidak pernah lagi mengirim atau menulis sebuah puisi atau cerita cinta yang bisa kupersembahkan. Namun apakah itu berarti aku sudah tidak sayang? tidak lagi cinta?

Jawabannya adalah tidak. Rasa sayang dan cintaku tidak pernah berkurang atau hilang. Dia tumbuh subur dalam hatiku dan semakin berkembang setiap harinya. Bahkan rasa itu bukan hanya lagi sekedar cinta dan sayang namun disertai tanggung jawab untuk menjaga dan membahagiakan keluarga yang sangat aku cintai. Aku bersyukur telah dikaruniai sebuah keluarga kecil yang sangat lucu dan selalu ceria. Keluarga yang penuh keharmonisan dan canda tawa.

Mungkin memang ekspresi itu tidak lagi dalam wujud puisi atau cerita cinta. Mungkin rasa itu tidak lagi aku wujudkan dengan sebuah benda yang sesuatu yang bisa dilihat. Namun, rasa itu tidak pernah luntur atau hilang dari hatiku.
Cinta dan sayang tidak selalu dalam wujud bunga

Minggu, 06 Juni 2010

Dia Adalah Istriku

Alarm yang aku set di hp ku meraung dengan kencangnya. Saatnya aku bangun. Dengan berat hati dan mata aku melangkah keluar kamar dan melangkah menuju kamar mandi dan mengguyur badan dengan air. Mata langsung terbuka dengan lebar begitu kepala tersiram dinginnya air.

Kembali aku melangkah masuk ke kamar untuk bersiap. Seperti biasa masih kulihat dia tidur dengan lelapnya. Disampingnya masih terbaring malaikat kecilku yang tidur dengan nyaman sambil memeluk lengan ibunya. Ada rasa tidak tega untuk membangunkannya. Tapi dia harus berangkat ke kantor.

Dengan langkah yang berat diapun meninggalkan kasur empuknya. Dingin Ji, begitu katanya setelah selesai mandi. Aku tertawa geli melihat tingkahnya yang kedinginan.

Semua sudah siap akupun siap berangkat ke kantor. Semua perlengkapanku sudah masuk ke tas ranselku. Iapun menyiapkan perlengkapan kantornya. Namun bukan hanya itu yang dia siapkan. Tas kecil berwarna biru juga harus selalu dia siapkan. Itulah tas yang tidak ada seni-seninya yang dia selalu bawa kemanapun dia pergi. Itulah tas ASI yang bisa membuat Nara tumbuh sehat dan kuat.

Aku benar-benar terenyuh melihatnya. Saat dimana orang-orang penuh gaya dengan penampilan pergi ke kantor dengan tas kerennya, dia masih setia menggendong tas ASI yang seperti aku bilang diatas tidak ada seni-seninya, sudah setahun ini menemaninya. Tak peduli acara apapun, tas itu selalu setia menggantung di bahu kecilnya.

Dia pun bertekad akan melakukan itu paling tidak sampai Nara berusia 2 tahun. Hmm.. masih 10 bulan lagi ya. Tapi aku yakin dia pasti bisa melakukannya. Dia adalah wanita terkuat dan tahan banting yang pernah aku lihat. Dia yang selalu berjuang dan melakukan apa saja untuk kebaikan Nara. Memberikan gizi terbaik untuk perkembangan Nara kedepan. Dia adalah wanita terbaik dalam hidupku. Kamu tau dia siapa? Iya, dia adalah Istriku.