Rabu, 22 September 2010

Manusia Biasa

Sebuah lagu dengan aransemen musik yang indah tiba-tiba merasuk pikiranku. Pertanyaan segera muncul untuk mencari tahu siapa pelantun dan pencipta lagu merdu itu. Ternyata itu lagu dari kelompok musik yang digawangi oleh Yovie dengan judul “Manusia Biasa”.

Lirik secara keseluruhan hanya menggambarkan kepedihan seseorang karena ditinggal kekasihnya. Namun bukan keseluruhan lirik itu yang menarik pikiranku kembali ke masa lalu. Hanya reff dari lagu itu yang menjadi perhatianku.

Mungkin aku dulu terlalu mencari kesempurnaan membuat aku tidak berani untuk menentukan pilihan. Semua aku bandingkan dengan apa yang aku harapkan dan apa yang sesuai dengan impianku. Sampai saat itu tiba dimana aku diajak bertamasya ke padang golf bersama mantan atasanku.

Banyak hal yang kami bicarakan dalam tamasya itu, dari masalah pekerjaan sampai kehidupan. Banyak hal yang aku terima. Namun diantara banyak hal tersebut ada sebuah nasihat yang benar-benar menusuk hatiku dan membuatku merasa bersalah karena dibutakan oleh egoisku. Petuahnya adalah “Menikah itu bukan hanya mencari kecocokan, namun yang terpenting adalah menerima dan memahami ketidakcocokan”.

Sekarang aku mulai merasakan efek dari kata-kata itu setelah aku menemukan pelabuhan jiwaku. Tidak setiap detik berjalan dengan sempurna dan indah. Namun disanalah seni dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Aku mulai menyadari tidak ada yang sempurna diantara kita. Namun kita berusaha mencintai satu sama lainnya dengan cara yang sempurna. Itu yang membuat semua menjadi indah.

Kembali ke reff lagu ”Manusia Biasa” yang telah menyita perhatianku, maka liriknya adalah:

Aku memang manusia biasa
Yang tak sempurna dan kadang salah
Namun di hatiku hanya satu
Cinta untuk mu, luar biasa...

Rabu, 15 September 2010

Mainan Baru

Sudah 3 hari ini aku sendirian di kantor. Sendiri dalam arti rekan-rekan kerja satu tim masih mengambil cuti hari raya. Dari biasanya laporan harian ada yang mengerjakan, menjadi pekerjaanku di akhir hari. Namun aku sungguh sangat semangat dan termotivasi.

Jam sudah menunjukkan pukul 17.30 dan semua laporan harian sudah aku kirimkan, saatnya aku pulang. Baru tiba di halte, bus yang aku tunggu datang. Ah..masih sepi syukurnya. Bus melaju kencang di membelah jalanan Jakarta yang masih lengang ditinggal penggunanya. Semoga jalanan lengang sampai di rumah, harapku.

Aku berusaha memejamkan mata sekedar untuk menghilangkan lelah setelah seharian bekerja. Sayup-sayup suara pemusik jalanan mulai terdengar dan aku terlelap dalam dinginnya bus kota.
Seketika aku terbangun begitu ada orang yang tak sengaja menyenggol bahuku karena hendak turun. Sudah sampai di Cibubur ternyata. Walau mata masih ingin terpejam, namun aku tidak boleh tertidur lagi. Takut tempat aku seharusnya turun terlewatkan.

Sebentar lagi halte tempat aku turun sampai. Aku bersiap mengambil posisi di depan. Sambil menunggu sampai di tempat tujuan, mataku tak sengaja tertuju pada sebuah toko mainan anak-anak yang menjual trolly belanja lengkap dengan isinya yaitu peralatan masak. Hmm...itu mainan yang Nara inginkan.

Sambil menunggu istriku tiba, aku berlari ke arah toko mainan itu yang berjarak kurang lebih 300 meter dari tempat pemberhentianku. Aku berhasil membawa pulang mainan idanam Nara tersebut.
Tiba di rumah, Nara masih belum tidur. Begitu melihat kami datang lengkap dengan mainan barunya, mata dan senyumnya memancarkan kebahagian. Tak sabar ia ingin membuka bungkusnya. “Aji...Ibu..main...masak..mamam..” begitu ucapnya. Kamipun segera menjadi pelanggan dan pencicip masakan Chef Nara dengan menu dan rasa spesialnya.




Selasa, 14 September 2010

Libur Telah Usai

Tiba-tiba aku terbangun dengan kagetnya. Seketika aku melihat jam yang tergantung manis di atas televisiku. Sudah jam 05.30 dan aku terlambat, begitu pikirku. Namun belum sempat aku membasuh badanku dengan dinginnya air, aku teringat kalau hari itu adalah hari pertama libur panjang hari raya.

Kembali aku merebahkan badan ke atas kasur mungil beralaskan puzzle gabus. Belum sempat mata ini kembali terlelap, sesosok mungil muncul dari balik badan istriku. “Aji..aji..” begitu suaranya memecah kesunyian pagi. Tak peduli halangan di sampingnya, segera dia berguling ke arahku dengan senyumannya yang mencerahkan duniaku.

Nara tidak mengijinkanku untuk tidur kembali. Setelah berhasil membangunkanku, dia mulai beraksi membangunkan ibunya dengan kecupan sayang mendarat mulus di pipi. “Mmmaaahh..” begitu ucapnya.

Aku sangat menikmati suasana keceriaan di pagi hari itu. Libur bukan hanya berarti istirahat dari rutinitas kantor, tapi juga berarti berkumpul dan bermain dengan keluargaku tercinta. Itu makna dan arti yang lebih penting bagiku.

Seharian aku menikmati bermain dan berkumpul dengan keluarga tercinta. Tak terasa 5 hari sudah berlalu dengan cepatnya seolah-olah berapa hari liburpun tak akan pernah cukup memuaskan dahagaku bermain dan berkumpul bersama mereka.

Sekarang aku sudah kembali kerja. Kerja untuk kembali menikmati liburan berikutnya. Namun aku sangat bersemangat karena mereka sudah memberikan energi yang mengisi penuh kantong motivasiku. Untuk siapa aku bekerja? Iya, untuk mereka dan masa depan kita.