Senin, 27 Desember 2010

Sentuh Hatiku

Pagi hari, jam masih menunjukan pukul 4 pagi. Diiringi dengan rintik hujan, aku memulai aktifitasku. Tak lupa aku memanjatkan doa kepada Tuhan seperti yang biasa aku lakukan untuk memohon karunia, mensyukuri nikmatNya.

Dalam doa, aku hening. Aku menyadari betapa aku mencintai semua yang telah Diberikan kepadaku. Istri dan Nara yang sangat aku sayangi. Makin dalam aku berdoa, makin yakin bahwa aku tidak pernah sendiri dalam menjalani hidup ini.

Betapa aku menyadari bahwa dalam hidupku ini, aku selalu diberi rancangan dan hal yang terbaik yang Tuhan berikan kepadaku karena kasihNya yang tiada henti. Salah satu rancangan dan hal terbaik yang telah aku dapatkan adalah memiliki keluarga kecilku. Setiap hari, setiap saat adalah hal terindah dalam hidupku karena dipenuhi oleh canda tawa mereka.

Dari semua nikmat itu, tak lupa aku memohon kepadaNya. Aku berharap agar aku dan keluargaku selalu mengerti arti sebuah kasih sebagaimana yang Tuhan berikan kepada kami, agar kami selalu dapat berbagi dan memberi tanpa henti seperti air yang selalu mengalir, memberikan kebahagaian kepada semuanya.

Rabu, 15 Desember 2010

Sebuah Kenanganku

Semua sudah kurancang dengan sempurna. Dengan penuh harap rencana itu akan berjalan dengan lancar. Hari itu adalah salah satu tanggal penting dalam hidupku. 29 September 2007 saat aku meminta kamu untuk menjadi istriku, pendamping dalam hidupku.

Jumat siang itu sangat terik. Aku berjalan menuju halte bus way. Sambil berjalan aku berfikir bagaimana caraku mengungkapkan niat dan menumpahkan isi hatiku. Belum sempat menyempurkan ide, bus ku telah berhenti di halte dukuh atas dan aku bergegas turun. Jembatan halte yang cukup panjang aku manfaatkan untuk kembali berfikir.

Tiba di lantai 46, tempat dimana restoran itu berada aku tertegun. Betapa indah dan romantisnya tempat ini. Sudah terbayang lampu kota yang akan menjadi pemandangan utama pada malam hari terlihat indah dari tempat ini. Itu kali pertama aku menjejakkan kakiku disana walau 4 tahun lalu aku sempat berkantor di gedung ini. Akhirnya semua sudah aku pesan, aku siap datang besok malam.

Malam kian indah diterangi lampu kota. Hmm...pemandangan dari lantai 46 ini memang sungguh menakjubkan. Makanan tiba dan lagu dinyanyikan. Aku mulai tegang. Tegang karena takut rencanaku berantakan. Jeda lagu, sebuah pengumuman diiringi serangkaian bunga dan cincin menjadi saksi pernyataan cintaku. Sempurna.

Tiga tahun telah berlalu. Dia selalu menjadi malaikatku. Orang yang selalu memegang tanganku ketika aku jatuh, menuntunku dalam kegelapan, mengingatkanku untuk selalu menjejak bumi ketika aku terbang tinggi.

Musim terus berganti. Gelap dan terang datang silih berganti. Begitulah alam bekerja abadi seperti cinta yang aku rasakan dari malaikatku.