Rabu, 15 Desember 2010

Sebuah Kenanganku

Semua sudah kurancang dengan sempurna. Dengan penuh harap rencana itu akan berjalan dengan lancar. Hari itu adalah salah satu tanggal penting dalam hidupku. 29 September 2007 saat aku meminta kamu untuk menjadi istriku, pendamping dalam hidupku.

Jumat siang itu sangat terik. Aku berjalan menuju halte bus way. Sambil berjalan aku berfikir bagaimana caraku mengungkapkan niat dan menumpahkan isi hatiku. Belum sempat menyempurkan ide, bus ku telah berhenti di halte dukuh atas dan aku bergegas turun. Jembatan halte yang cukup panjang aku manfaatkan untuk kembali berfikir.

Tiba di lantai 46, tempat dimana restoran itu berada aku tertegun. Betapa indah dan romantisnya tempat ini. Sudah terbayang lampu kota yang akan menjadi pemandangan utama pada malam hari terlihat indah dari tempat ini. Itu kali pertama aku menjejakkan kakiku disana walau 4 tahun lalu aku sempat berkantor di gedung ini. Akhirnya semua sudah aku pesan, aku siap datang besok malam.

Malam kian indah diterangi lampu kota. Hmm...pemandangan dari lantai 46 ini memang sungguh menakjubkan. Makanan tiba dan lagu dinyanyikan. Aku mulai tegang. Tegang karena takut rencanaku berantakan. Jeda lagu, sebuah pengumuman diiringi serangkaian bunga dan cincin menjadi saksi pernyataan cintaku. Sempurna.

Tiga tahun telah berlalu. Dia selalu menjadi malaikatku. Orang yang selalu memegang tanganku ketika aku jatuh, menuntunku dalam kegelapan, mengingatkanku untuk selalu menjejak bumi ketika aku terbang tinggi.

Musim terus berganti. Gelap dan terang datang silih berganti. Begitulah alam bekerja abadi seperti cinta yang aku rasakan dari malaikatku.

Tidak ada komentar: