Kamis, 19 Maret 2015

Karena Dia Adalah Seorang Ibu

Air mata tiba-tiba mengalir deras dari kedua matanya. Tanpa berkatapun aku tahu apa yang sedang dia rasakan. Dia merasa sedih, aku pun lebih merasakan kesedihan itu. Aku tahu hatinya sedang bimbang. Disini, dia tidak bisa melepaskan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu yang luar biasa, dimana anak-anak selalu membutuhkan belaian dan kasih sayangnya. Namun disisi lain nan jauh disana, ibunya juga membutuhkan kehadirannya. Tidak mungkin memilih mana yang diprioritaskan karena menurutku, semuanya adalah prioritas hidup kita.

Air mata tetap mengalir deras membasahi pipinya. Hanya pelukan hangat yang bisa aku berikan, berusaha menenangkan hatinya yang sedang resah. Dalam keheningan hati, aku berbisik, ”istriku, silahkan kamu dan Gita pulang 2 minggu ke Bali, Nara dan Aji akan di Jkt saja”.

Sempat tergurat keraguan diwajahnya. Namun aku berusaha meyakinkan bahwa aku dan Nara akan baik-baik saja disini. Untuk saat ini, merawat Ibu yang sedang terbaring lemah adalah yang harus diutamakan.

Akhirnya air matanya berhenti mengalir. Dia berkata ”baiklah, aku akan pulang”. Aku tahu itu bukan keputusan yang mudah, namun aku coba mencoba menjelaskan bahwa seorang ibu pasti mengharapkan kehadiran anaknya untuk ada disaat dia membutuhkan.

Aku yakin dia telah menjalankan perannya dengan sangat baik dan sempurna karena dia adalah seorang anak dan juga sekaligus seorang ibu yang sangat luar biasa untuk anak-anakku.

Tidak ada komentar: