Air mata tiba-tiba mengalir deras dari kedua matanya. Tanpa berkatapun aku
tahu apa yang sedang dia rasakan. Dia merasa sedih, aku pun lebih merasakan
kesedihan itu. Aku tahu hatinya sedang bimbang. Disini, dia tidak bisa
melepaskan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu yang luar biasa, dimana
anak-anak selalu membutuhkan belaian dan kasih sayangnya. Namun disisi lain nan
jauh disana, ibunya juga membutuhkan kehadirannya. Tidak mungkin memilih mana
yang diprioritaskan karena menurutku, semuanya adalah prioritas hidup kita.
Air mata tetap mengalir deras membasahi pipinya. Hanya pelukan hangat yang
bisa aku berikan, berusaha menenangkan hatinya yang sedang resah. Dalam
keheningan hati, aku berbisik, ”istriku, silahkan kamu dan Gita pulang 2 minggu
ke Bali, Nara dan Aji akan di Jkt saja”.
Sempat tergurat keraguan diwajahnya. Namun aku berusaha meyakinkan bahwa
aku dan Nara akan baik-baik saja disini. Untuk saat ini, merawat Ibu yang
sedang terbaring lemah adalah yang harus diutamakan.
Akhirnya air matanya berhenti mengalir. Dia berkata ”baiklah, aku akan
pulang”. Aku tahu itu bukan keputusan yang mudah, namun aku coba mencoba
menjelaskan bahwa seorang ibu pasti mengharapkan kehadiran anaknya untuk ada
disaat dia membutuhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar