Dulu, dihari pernikahan
kita 7 Juli 2008 aku pernah berjanji kalau cintaku sudah terkunci dan tak akan
ada perempuan lain lagi di hatiku. Namun ternyata aku salah. Sekarang Cintaku
sudah terbagi ke tiga perempuan dan malaikat yang sangat luar biasanya, sumber
segala energiku. Dia adalah kamu dan mereka.
Minggu, 12 November 2017
Bali, Aku Pasti Akan Kembali
Tanggal 13 – 24 Oktober kemarin aku pulang ke
Bali, tanah kelahiran tercinta. Kali ini aku memilih penerbangan dari Bandara
Halim Perdana Kusuma, dekat dengan rumah. Pesawat berkelir hijau itu melesat ke
udara, mengantar aku pulang. Birunya laut di Bali menyambutku hangat. I am Home.
Selama di Bali, aku mengikuti rangkaian upacara
Meligia, yang artinya menyucikan dan mendoakan roh (atma) Papa, Jikwah dan
leluhur agar mendapat tempat terbaik dan bisa membimbing kami selalu
anak-anaknya di dunia.
Rangkaian upacara kami lalui dengan baik. Berangkat
pagi, pulang malam. Kadang akupun harus menginap agar tidak kelelahan. Hujan
dan panas aku lalui bersama dengan semua anggota keluarga. Kesibukan tiada tara
tak membuatku gentar. Dengan segala puji Tuhan, acara dan upacara itu sudah
berjalan dengan sangat baik.
Balik ke Jakarta, aku hatiku hampa. Sebagian hatiku
tertinggal disana. Aku kangen suasana keakraban dan kekeluargaan itu.
Bagaimanapun, aku tidak bisa lepas dari keluarga dan tanah kelahiranku. Jiwaku
tetap disana walau ragaku entah dimana. Satu yang bisa aku janjikan saat ini
adalah, Bali aku pasti akan kembali.
Texas Fried Chicken
Kemarin aku mengantar putri kecilku untuk bermain
futsal acara sekolahnya. Perempuan, tapi ikut main futsal. Yang penting Gita
senang. Acaranya di Lippo Mal Keramat Jadi, sekitar 20 km dari rumahku.
Ternyata mall nya lucu juga. Banyak playground
buat anak-anak dan tentu saja tempat makan yang ramah di kantong. Selesai
bermain, sepertinya mereka lapar. Texas Fried chicken menjadi pilihan mereka.
Aku duduk begitu makanan terhidang, sedangkan
anak-anak sibuk bermain. Aku termenung. Aku ingat dimana Papa dulu sering
mengantar aku untuk makan Texas FC di Libi, seputaran kota Denpasar. Papa juga
sering mengajak adik-adik sepupuku untuk makan disana. Waktu itu, makan ayam
goreng tepung itu sangatlah mewah.
Saat itu aku masih kecil, masih belum mengerti
bagaimana kami bisa makan disana dengan penghasilan papa saat itu. Tapi itulah
papa. Dengan segala kesederhanaanya, dia membuat semua orang bahagia. Mungkin
papa sangat irit di beberapa hal agar kami bisa merasakan kelezatan ayam goreng
itu.
Papa sangat sering mengajarkanku untuk selalu
hidup sederhana. Syukuri apa yang kita punya dan gunakan apa yang dibutuhkan.
Prinsip hidup itu yang selalu aku coba terapkan sampai saat ini dan berusaha
aku turunkan ke anak-anak.
SMA 1 Denpasar
”Bu, saya permisi dulu, ada tugas OSIS.” Dan
nyaris sebulan aku menghilang dari keriuhan ruang kelas. Tahun 1997/1998 dimana
aku sering sekali minta ijin untuk menunaikan kegiatan OSIS dan kadang melakukan
kenakalan anak SMA.
Oktober tahun 2017. Akhirnya aku berkesempatan
untuk ”pulang” kembali ke sekolah yang sudah mendidik dan membesarkanku dengan
segala kasih sayangnya. Begitu nakalnya dan sering bolosnya aku di sekolah,
Guru-guru tetap sayang kepadaku. Kali ini aku ”pulang” dengan keluarga
lengkapku.
Masuk ke halaman sekolah, aku merasa kembali ke
waktu dimana aku melihat pengumuman penerimaan sekolah pertama kalinya. Masuk ke
sekolah, mataku jauh memandang, pikiranku jauh melayang. Sudah lebih dari 17
tahun aku meninggalkan sekolah tercinta ini. Banyak yang berubah. Aku lihat
kemajuan yang semakin pesat. Tapi rasa cinta dan kebanggaanku tak bernah
berkurang.
Ku ketuk ruang guru dan nyapa salah satu guru
kesayanganku. Beliau Guru Kimia. Namanya Bu Lia Jelita. ”Cari saya?”, begitu
sapanya. ”Iya bu, saya Budi Yudhistira”. Rona ceria tergambar dari wajahnya,
aku berusaha untuk menahan air mataku. Bu Lia masih ingat betul denganku.
Banyak hal yang Bu Lia ceritakan ke Istri dan Anak-anak yang membuat aku
tersipu malu.
Melangkah ke ruang kelas, menyapa pembina OSIS ku,
Pak Loper (baca: Lover) Winarta dan Pak Suartha. Kembali aku berusaha menahan air mataku. Banyak
cerita mengalir dan dari cerita beliau aku tahu kalau beberapa guru-guru yang
sangat sayang kepadaku sudah pensiun. Bu Alit Witari, Bu Indrawati, Bu Sri, dll.
Mudah-mudahan aku masih diberi kesempatan untuk bertemu beliau dikesempatan
berikutnya. Aku sangat kangen beliau.
Banyak hal yang ingin aku ceritakan dan ngobrol
dengan Guru—guru di sekolah. Namun waktu juga yang harus mengakhiri pertemuan
singkat kami. Kebanggaanku semakin tebal, cintaku tak akan pernah pudar, wahai
SMA 1 Denpasar.
Tak
gentar, menghadapi segala tantangan
Jebol
maju bina Bangsa
Mengisi
Negara Pancasila
Mengisi
kepribadian Bangsa
Itulah
semangat pelajar
Mengabdi
tanpa mengharap apa
Itulah
patriot paripurna
SMA
1 Denpasar (2x)
(Mars SMA 1 Denpasar)
Langganan:
Postingan (Atom)