Tanggal 13 – 24 Oktober kemarin aku pulang ke
Bali, tanah kelahiran tercinta. Kali ini aku memilih penerbangan dari Bandara
Halim Perdana Kusuma, dekat dengan rumah. Pesawat berkelir hijau itu melesat ke
udara, mengantar aku pulang. Birunya laut di Bali menyambutku hangat. I am Home.
Selama di Bali, aku mengikuti rangkaian upacara
Meligia, yang artinya menyucikan dan mendoakan roh (atma) Papa, Jikwah dan
leluhur agar mendapat tempat terbaik dan bisa membimbing kami selalu
anak-anaknya di dunia.
Rangkaian upacara kami lalui dengan baik. Berangkat
pagi, pulang malam. Kadang akupun harus menginap agar tidak kelelahan. Hujan
dan panas aku lalui bersama dengan semua anggota keluarga. Kesibukan tiada tara
tak membuatku gentar. Dengan segala puji Tuhan, acara dan upacara itu sudah
berjalan dengan sangat baik.
Balik ke Jakarta, aku hatiku hampa. Sebagian hatiku
tertinggal disana. Aku kangen suasana keakraban dan kekeluargaan itu.
Bagaimanapun, aku tidak bisa lepas dari keluarga dan tanah kelahiranku. Jiwaku
tetap disana walau ragaku entah dimana. Satu yang bisa aku janjikan saat ini
adalah, Bali aku pasti akan kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar