Keluarga Cemara.
Film ini sudah ada sejak aku kecil. Namun hanya lagunya saja yang berbekas
dalam ingatanku yang sudah mulai menua dan memudar ini. Jalan ceritanya? Hanya
sekelebat bayangan terbang menghilang.
Kemarin, aku
sempet menonton film versi terbarunya di bioskop. Sebelum nonton, aku sudah
diwanti-wanti untuk sedia tissue sebelum meleleh. Tapi ya sudahlah, maju terus
pantang mundur.
Ruangan mulai
meredup, film dimulai. Sambil menikmati ceritanya, sedikit demi sedikit aku
menggali ingatanku akan cerita film ini masa lalu untuk mendapat gambaran
besarnya. Tapi apa daya, hanya sedikit yang tersisa.
Mulai terhanyut
akan jalan cerita yang penuh nilai dan makna. Segala emosi menyatu sempurna
dalam cerita itu. Ceria, sedih, perjuangan hidup dan saling mendukung antar
anggota keluarga semua tertuang rapi dan menggambarkan realitas hidup keluarga
di Indonesia, menurutku.
Aku mencoba
membayangkan jika aku berada dalam posisi kepala keluarga cemara itu (Abah),
apakah aku kuat? Apakah aku sanggup memikul beban semua anggota keluarga? Ada
rasa takut, ada rasa khawatir menyelimuti kalbu.
Tapi sesuai dengan
ide besar dari film itu, kekhawatiran dan ketakutanku perlahan sirna. Aku
membayangkan wajah istri dan anak-anakku yang selalu ada untukku. Keluarga
adalah harta yang paling berharga. Keluarga adalah istana yang paling berharga.
Saat malam tiba,
satu persatu aku lihat wajah mereka tidur lelap. Diwajah merekalah aku melihat
harta dan istana paling berhargaku. Mereka yang tidak pernah mengeluh dan tidak
lupa mengucap syukur akan karunia yang Tuhan berikan. Kewajiban keluarga adalah
berat, biar aku saja. Hak kalian hanya kebahagian dan kebahagian kalian adalah
kebahagiaan ku juga.
Sekarang, apakah aku masih takut? Masih. Karena takut membuat kita tetap hidup. Namun takutku jauh lebih kecil dan berkurang karena kalian yang selalu ada untukku dan merupakan harta dan istana paling berharga dalam hidupku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar