Sabtu, 19 Januari 2019

Keluarga Cemara

Keluarga Cemara. Film ini sudah ada sejak aku kecil. Namun hanya lagunya saja yang berbekas dalam ingatanku yang sudah mulai menua dan memudar ini. Jalan ceritanya? Hanya sekelebat bayangan terbang menghilang.

Kemarin, aku sempet menonton film versi terbarunya di bioskop. Sebelum nonton, aku sudah diwanti-wanti untuk sedia tissue sebelum meleleh. Tapi ya sudahlah, maju terus pantang mundur.

Ruangan mulai meredup, film dimulai. Sambil menikmati ceritanya, sedikit demi sedikit aku menggali ingatanku akan cerita film ini masa lalu untuk mendapat gambaran besarnya. Tapi apa daya, hanya sedikit yang tersisa.

Mulai terhanyut akan jalan cerita yang penuh nilai dan makna. Segala emosi menyatu sempurna dalam cerita itu. Ceria, sedih, perjuangan hidup dan saling mendukung antar anggota keluarga semua tertuang rapi dan menggambarkan realitas hidup keluarga di Indonesia, menurutku.

Aku mencoba membayangkan jika aku berada dalam posisi kepala keluarga cemara itu (Abah), apakah aku kuat? Apakah aku sanggup memikul beban semua anggota keluarga? Ada rasa takut, ada rasa khawatir menyelimuti kalbu.

Tapi sesuai dengan ide besar dari film itu, kekhawatiran dan ketakutanku perlahan sirna. Aku membayangkan wajah istri dan anak-anakku yang selalu ada untukku. Keluarga adalah harta yang paling berharga. Keluarga adalah istana yang paling berharga.

Saat malam tiba, satu persatu aku lihat wajah mereka tidur lelap. Diwajah merekalah aku melihat harta dan istana paling berhargaku. Mereka yang tidak pernah mengeluh dan tidak lupa mengucap syukur akan karunia yang Tuhan berikan. Kewajiban keluarga adalah berat, biar aku saja. Hak kalian hanya kebahagian dan kebahagian kalian adalah kebahagiaan ku juga.

Sekarang, apakah aku masih takut? Masih. Karena takut membuat kita tetap hidup. Namun takutku jauh lebih kecil dan berkurang karena kalian yang selalu ada untukku dan  merupakan harta dan istana paling berharga dalam hidupku.

Tidak ada komentar: