Namanya Pardiman. Sosoknya kurus dan tinggi. Kulitnya pun rada gelap tersembur panasnya sinar matahari di persimpangan jalan plaza cibubur yang selalu sibuk.
Setiap hari aku berangkat kantor pukul 6 pagi. Kira-kira butuh waktu 15 menit untuk aku tiba di persimpangan plaza cibubur. Aku melihat sosok Pardiman lengkap dengan jaket hijau stabilo dengan tulisan ”POLISI” di punggungnya sedang beraksi. Berbekal pluit dan pentungan plastik yang tampak lusuh melaksanakan tugas pada jam dimana sebagian orang masih tertidur lelap.
Beberapa saat aku tidak dapat melihat Pardiman. Kemana dia? Sedang istirahatkah? Tiba-tiba dari balik tikungan dia muncul dengan sebuah galah bambu yang panjang seperti orang olah raga lompat galah. Mau apa dia? Ternyata lampu lalu lintas di atas tidak berapa pada posisi yang sepatutnya. Dengan berusaha keras mengarahkan galah saktinya dia berhasil memperbaiki posisi lampu lalu lintas itu. Secercah senyum muncul dari wajahnya.
Pritttt....Pardiman memberhentikan beberapa buah mobil pagi itu. Mereka melanggar lampu lalu lintas dan rambu lalu lintas. Dengan percaya diri para pengemudi berusaha mendekati Pardiman yang tampak tenang, berusaha jalan ”damai”. Senyum kecut tiba-tiba merona dari wajah para pengemudi begitu Pardiman memberi mereka surat tilang. Tidak ada jalan ”damai” darinya.
Aku tiba di cibubur sekitar pukul 8 malam. Dia masih disana dengan pakaian lengkapnya. Aku sampai bertanya dalam hati. ”Emang jam kerja polisi dari jam brapa ke jam brapa ya?” Mungkin sampai jalanan terlihat lancar dan tidak membutuhkan bantuannya, begitu pikirku.
Pardiman. Sosok polisi jujur, penuh dedikasi dan tanggung jawab. Walau aku tidak pernah mengenalnya, tapi aku sangat berharap semoga Pardiman selalu diberi kesehatan, rejeki dan kebahagian untuk dirinya dan keluarganya.
Setiap hari aku berangkat kantor pukul 6 pagi. Kira-kira butuh waktu 15 menit untuk aku tiba di persimpangan plaza cibubur. Aku melihat sosok Pardiman lengkap dengan jaket hijau stabilo dengan tulisan ”POLISI” di punggungnya sedang beraksi. Berbekal pluit dan pentungan plastik yang tampak lusuh melaksanakan tugas pada jam dimana sebagian orang masih tertidur lelap.
Beberapa saat aku tidak dapat melihat Pardiman. Kemana dia? Sedang istirahatkah? Tiba-tiba dari balik tikungan dia muncul dengan sebuah galah bambu yang panjang seperti orang olah raga lompat galah. Mau apa dia? Ternyata lampu lalu lintas di atas tidak berapa pada posisi yang sepatutnya. Dengan berusaha keras mengarahkan galah saktinya dia berhasil memperbaiki posisi lampu lalu lintas itu. Secercah senyum muncul dari wajahnya.
Pritttt....Pardiman memberhentikan beberapa buah mobil pagi itu. Mereka melanggar lampu lalu lintas dan rambu lalu lintas. Dengan percaya diri para pengemudi berusaha mendekati Pardiman yang tampak tenang, berusaha jalan ”damai”. Senyum kecut tiba-tiba merona dari wajah para pengemudi begitu Pardiman memberi mereka surat tilang. Tidak ada jalan ”damai” darinya.
Aku tiba di cibubur sekitar pukul 8 malam. Dia masih disana dengan pakaian lengkapnya. Aku sampai bertanya dalam hati. ”Emang jam kerja polisi dari jam brapa ke jam brapa ya?” Mungkin sampai jalanan terlihat lancar dan tidak membutuhkan bantuannya, begitu pikirku.
Pardiman. Sosok polisi jujur, penuh dedikasi dan tanggung jawab. Walau aku tidak pernah mengenalnya, tapi aku sangat berharap semoga Pardiman selalu diberi kesehatan, rejeki dan kebahagian untuk dirinya dan keluarganya.