Selasa, 01 Maret 2016

Hatiku Sudah Terkunci

Waktu berlari secepat kilat dan usia pernikahan kita tanpa terasa sudah menginjak tahun ke-8. Kadang aku berfikir apakah pernah terlintas dalam pikirannya untuk mempertanyakan cinta dan sayangku? Apakah apa yang aku katakan dan janjikan itu benar apa adanya? Apakah aku akan ada selalu untuknya? Hmm.. aku tidak tahu.

Aku bukanlah seorang suami yang sempurna. Mungkin kadang aku bertindak salah dan bodoh yang bisa membuat dia sedih. Itu pasti tidak aku sengaja. Namun aku sudah berusaha melakukannya dengan sempurna.

Namun jika itu pernah terlintas sekejap saja pada pikirannya, aku pastikan dan aku berjanji bahwa jika saat dia sedang duduk menatap indahnya langit malam sendirian, aku pasti akan ada disana menemani dan memastikan cintaku hanya untuknya.

Hatiku sudah terkunci dan hanya untuknya. Suara dan senyumnya selalu hadir dalam setiap mimpi-mimpi indahku. Rasa itu semakin hari semakin bertambah dan semakin kuat mengakar dalam  hatiku.

Waktu boleh berlari kencang tapi hatiku tetap untuknya dan hanya untuknya. 

My Cheerleaders

Kemarin aku benar-benar galau. Seolah-olah aku kehilangan semua kemampuan dan kepercayaan diriku dalam melakukan pekerjaan yang sudah aku tekuni dan jalani lebih dari 10 tahun terakhir. Entah kenapa aku seperti kehilangan semuanya.

Diperjalanan pulang, kegalauanku semakin menjadi-jadi. Aku pasang handfree dan aku telepon belahan hatiku. Mulau aku menceritakan apa yang sedang aku alami dan bagaimana galaunya diriku.

Dengan sabar dia mendengarkan dan mulai memberi masukan. Harus mencari apa dulu penyebabnya karena dia ternyata sudah memperhatikan gegalauanku sejam 2-3 bulan terakhir.

Satu persatu dia coba memilah apa yang kira-kira menjadi penyebabnya. Ketemu yang pertama. Mungkin aku sedikit bangga berlebihan akan pencapaianku 5 tahun terakhir ini dimana aku selalu berada diatas. Tiga kali promosi dalam kurun waktu 5 tahun menyebabkan aku merasa selalu diatas. Sekarang, aku merasa sedang dibawah dan tidak bisa menerima keadaan dan menjadi pikiran ku terus. Tuhan menyentil aku dengan kondisi ini.

Aku tidak pernah lupa bersyukur atas semua karunia ini tapi mungkin dalam hati kecilku sudah muncul arogansi dan kebanggaan yang terlalu berlebih. Dia menyarankan aku untuk lebih rendah hati dan tidak terlalu berbangga berlebihan. Iya, mungkin aku memang seperti itu.

Kedua, aku disarankan untuk selalu melihat kedepan dan tidak selalu merenungi apa yang terjadi dibelakang. Kesalahan dalam pekerjaanku aku anggap suatu aib dan selalu menjadi pikiranku dan selalu merasa bodoh.

Dia hanya tersenyum mendegar aku bercerita seperti itu. Dan dia berkata ”tahu film Frozen khan? And just let it Go”. Tanpa bercerita lagi, kata-kata itu benar-benar membuka mataku dan pikiranku. Iya benar, harusnya yang dibelakang, biarkanlah dibelakang. Jadikan dia pelajaran bukan penyesalan.

Sekarang aku melangkah dan menatap hari yang baru dengan semangat dan motivasi yang baru juga. Aku tahu disaat aku butuh motivasi dan semangat, dia selalu ada disana. I Found my Cheerleaders.