Rabu, 28 Maret 2018

Bonus

Bulan Maret khususnya tanggal 25 adalah salah satu hari yang paling kunanti setiap tahunnya. Tanggal sakral untuk pembagian bonus (jika ada). Bagiku bonus adalah bonus, segepok angka yang di masukan ke rekening gajiku.

Setiap tahunnya, aku tidak pernah men-set sebuah angka bonus, karena bagiku bonus adalah rejeki yang seharusnya kita syukuri dan bukan merupakan kewajiban perusahaan untuk memberikan kepada ku dan itu tidak tertulis pada kontrak kerjaku.

Begitu angka diumumkan, aku bersyukur. Terima kasih Tuhan atas segala rejeki untuk kami sekeluarga. Segera mungkin aku memberi tahu istriku berapa angka yang aku peroleh. Aku memang menerapkan manajemen keuangan terbuka ke istriku. Berapa gaji, berapa bonus dan uang-uang lainya selalu aku sampaikan ke istriku.

Aku bersyukur atas segala rejeki dan karunia yang telah Tuhan berikan kepadaku dan keluargaku. Aku yakin dalam setiap hal yang aku lakukan tidak terlepas dari doa dan dukungan istri dan anak-anakku.

Istriku, dia adalah perempuan dan ibu yang sangat luar biasanya. Menjaga rumah tangga dan mendidik anak-anak dengan cara yang sempurna. Dia membuatku fokus dalam setiap pekerjaan di kantor karena urusan rumah tangga, selama dia bisa, dia lakukan sendiri dengan cara yang luar biasa.

Rejekiku adalah rejeki istri dan anak-anakku. Tanpa doa dan dukungan mereka, aku tidak mungkin berhasil. Tanpa mereka aku bukanlah apa-apa. 

Selasa, 20 Maret 2018

Kebahagianmu Adalah Tanggung Jawabku

Suatu hari aku sempat membaca sebuah artikel yang menarik mengenai ciri-ciri pria yang tidak akan pernah berhenti mencintai pasanganya. Berikut link nya: http://lifestyle.liputan6.com/read/2567840/8-ciri-ciri-pria-yang-tak-akan-pernah-berhenti-mencintai-anda

Point demi point aku baca dan mulai menilai sendiri berapa point yang sudah aku penuhi. Untuk mempersingkat, berikut adalah point-point nya.

1.   Ia melayani anda
2.   Selalu ingin menghabiskan waktu dengan anda
3.   Seks bukan hal yang paling penting baginya
4.   Memikirkan anda saat harus mengambil keputusan
5.   Ia menceritakan segalanya pada anda
6.   Ia membicarakan masa depan
7.   Mengenalkan anda kepada semua orang
8.   Selalu membuat anda merasa istimewa

Dengan percaya diri aku merasa sudah memenuhi semua point yang disyaratkan. Namun untuk fair nya, kuraih henpon ku dan ku kirim tautan artikel ke WA istriku. Sayangku, kira-kira aku memenuhi berapa point ya?, begitu ucapku.

Aduh, aku lagi belanja ditanya point-point lagi, begitu balasnya. Terpaksa aku kasi icon memelas supaya dia mau segera menjawab. Jeng jeng, jawaban tiba. Kamu kurang point 2 dan 8, begitu balasnya. Yahh lumayan 80% sudah terpenuhi, begitu aku menghibur diri.

Aku tidak membela diri, namun aku mencerna ”kekuranganku”. Mungkin aku 55% fokus ke anak-anak dan 45% ke dirinya, begitu gumamku.

Kembali ke kodratku, aku tidak akan bisa sempurna. Namun disetiap nafasku, disetiap langkahku aku selalu mencintai dan menyayangimu dengan cara yang sempurna. Melihatmu tersenyum adalah kebahagianku. Kebahagianmu adalah tanggung jawabku. Oke Milea? - Efek Dilan

Cawan Egoku

Waktu berlalu. Tahun lalu aku berkesempatan melancong ke Labuan Bajo dan Jepang, Selama di kapal laut, pesawat dan kereta aku berkesempatan membaca buku ”Tuhan Dalam Secangkir Kopi” dan ”Bukan Manusia Angka” karya Denny Siregar. Kukosongkan cawan egoku supaya ilmu bisa masuk dan mengalir.

Melihat laut biru, langit cerah aku sangat menikmati membaca lembar per lembar buku itu. Sesekali mataku menerawang jauh melihat bayangan ayahku tersenyum. Kembali kucerna isi dan nasehat yang tertulis. Kupejamkan mata dan memutar waktuku kembali ke masa dimana ayahku masih hidup. Aku tersenyum. Terima kasih Papa.

Pikiranku terasa terang, aku mulai menatap masa depanku dengan lebih balik dan mulai menanggalkan segala kekhawatiran yang dulu membelenggu. Apa yang dulu ayahku sampaikan, diingatkan dan dikuatkan lagi oleh isi buku itu.

Perlahan mulai kutanggalkan tas keinginan dan kekhawatiran. Langkahku semakin ringan. Aku belajar untuk selalu tersenyum terhadap dunia dan kehidupan. Kunikmati apa yang mereka berikan kepadaku. Jalani dan syukuri masa ini, dan biarkan masa depan milik Tuhan.

Seorang Filantropi

Banyak orang berkata padaku. Kenapa penampilanku tidak sesuai dengan title yang tercantum pada kartu namaku? Awalnya, susah juga menjawab pertanyaan itu. Dalam dunia material ini, seseorang kadang dinilai dari apa yang melekat pada dirinya. Perlahan kutarik nafasku dalam, lalu kuhembuskan perlahan.

Aku hanya mencoba hidup secukupnya, mendahulukan kebutuhan dan bukan keinginan. Tampak raut wajahnya tidak puas akan jawabanku karena tidak sesuai dengan kriteria dan standar penampilan yang ada dikepalanya. Aku tersenyum dan menutup pembicaraan itu. Dia temanku dan aku tidak mau berdebat sesuatu hal yang tidak penting dengannya namun bisa merusak hubungan pertemananku.

Nasehat almarhum ayahku masih sangat membekas dan mengalir deras dalam darahku, membentuk karakter dan prinsip hidupku. Dia berpesan padaku, hiduplah dengan berkecukupan dan jangan berlebihan. Beli yang dibutuhkan dan bukan yang diinginkan.

Waktu itu aku masih berumur 7 atau 8 tahun. Masih tinggal sekolah dasar (SD). Ayahku ”hanya” seorang dosen yang sudah ketakar berapa penghasilan tiap bulannya. Namun, di rumah, dia mengajak adik dan 2 orang muridnya untuk tinggal bersama. Dulu aku masih terlalu kecil untuk mengerti semua. Namun sekarang semua terjawab.

Ayahku hidup sesuai dengan prinsipnya. Bahkan tanpa kusadari, dia adalah seorang filantropi. Dengan ”keterbatasan” dana yang dia miliki, dia bisa banyak memberi dan membantu orang lain dan kita tidak pernah merasa kekurangan. Bahagia bisa melihat orang lain bahagai, begitu katanya.

Sekarang aku melihat ayahku dalam diriku. Aku tidak suka mendandani diriku dan aku lebih suka tampil wajar dan pantas menurut nilai yang dianut secara umum dan berusaha semakin banyak berbagi. Itulah aku.