Selasa, 03 Maret 2009

Selamat Jalan Papa


Ma, kenapa dada papa berhenti bergerak ya? Segera aku berlari keluar kamar perawatan untuk memanggil suster jaga walau mama sudah menekan bel darurat. Panik dan sedih bercampur aduk. 2 orang suster segera mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu papa. Namun kenyataan berkata lain. Tanggal 26 Februari 2009, Papa tiada. Tangis tak terbendung memecah kesunyian pagi.

Sejak sehari sebelumnya papa sudah sulit bernafas. Kondisinya semakin mengkhawatirkan. Tidak henti-hentinya doa kupanjatkan memohon yang terbaik untuknya. Malam itu, aku tidak bisa tertidur dengan nyenyak. Setiap saat kuperhatikan infus dan oksigen yang menempel di tubuh papa.

Pagi hari, seorang dokter yang merawat papa datang berkunjung. Aku menanyakan kondisi papa dan apa tindakan yang akan dilakukan. Sebelum menjawab, dokter menghela nafas panjang. Aku tahu itu sebuah pertanyaan yang susah. Kita akan terus berusaha, kira-kira begitu arti dari helaan nafasnya.

Tak lama berselang, papa tiada. Mungkin itu jawaban dari doa-doa ku belakangan hari kemarin. Aku ikhlas papa pergi daripada melihat penderitaan dan penyakitnya. Sedih memang, tapi aku tahu itu yang terbaik buat papa.

Waktu semakin berlalu, meninggalkan semua cerita dan kenangan indah tentang papa. Senyuman dan canda tawanya kini sudah tiada lagi. Kadang aku masih sering merenung tentang apa yang telah kita lakukan bersama dimasa yang lalu. Biarkanlah itu hidup dalam hati.

Papa telah tiada, namun cita-cita, semangat dan nilai-nilai kehidupannya akan selalu menyertaiku. Aku telah berjanji kepada papa untuk meneruskan apa yang tertunda dengan segenap kemampuanku.

Selamat jalan papa, beristirahatlah dengan tenang dan damai. We love u...

NB: Terima kasih untuk semua yang telah membantu papa, dan mohon maaf atas semua kesalahan yang papa pernah lakukan.

Untuk istriku tercinta, aku minta maaf telah meninggalkanmu dan Ade’ seminggu lebih lamanya. Terima kasih telah memberikan aku waktu untuk melihat dan menjaga papa untuk terakhir kalinya.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

salam kenal...saya bisa merasakan kesedihan yang anda rasakan. karena saya juga mengalaminya.tahun lalu saya juga kehilangan papa akibat kanker yang menyerangnya.blog anda bagus, kalau ada waktu kunjungi blog saya di www.ellysurjati.blogspot.com ttg penderitaan papa melawan kanker thx

Bumi dan Langit mengatakan...

Terima kasih Mbak Elly. Saya pasti berkunjung ke Blognya.