Tanggal yang dinanti tiba. Kita akan berlibur ke Labuan Bajo tgl 8 – 12 April
2017. Mencoba membayangkan bagaimana indahnya tanah Flores seperti yang
diceritakan di media atapun foto-foto yang yang berseliweran di internet.
Garuda Indonesia Bombardier melaju mulus dipayungi birunya langit
mengantarkan kami ke Bandara Komodo. Sekitar 2 jam 30 menit kami tiba disana.
Cuaca cerah dan segar menyambut kami. Kami menginap di La Prima Hotel yang
memiliki pemandangan ke arah hutan/laut yang sangat cantik.
Hari kedua kami memulai perjalanan kami mengarungi Tanam Nasional Pulau
Komodo. Aku tak menyangka Taman Nasional itu luas banget. Aku kira hanya pulau
komodo saja yang masuk Taman Nasional. Ternyata seluruh kawasan perairan dan
pulau-pulaunya termasuk Taman Nasional. Luas Banget.
Kami menyewa kapal (slow boat) secara pribadi dimana kapal tersebut cukup
besar dan terdiri dari 2 kabin/kamar tidur. Ini seperi hotel terapung yang akan
menjadi rumah kami dalam 2 hari kedepan.
Mengarungi lautan di Taman Nasional sangatlah indah. Tidak ada rasa bosan
menghinggapi karena pemangandangan yang terhampar sangat menyegarkan mata.
Tujuan pertama kami adalah ke Pulau Komodo. Waktu tempuh menggunakan slow boat
sekitar 4 – 5 jam dari Labuan Bajo.
Jam 1 siang kami tiba di dermaga Pulau Komodo. Seekor komodo besar
menyambut kami di pesisir pantai seolah-olah menyapa selamat datang di rumahku.
Oh ya, sebelum sampai, kami disuguhkan makan siang di kapal yang enak banget
dan lengkap. Menu 4 sehat 5 sempurna (tanpa susu). Di kapal ada 3 awak yaitu
Nahkoda, Koki dan Pembantu Umum.
Kami memilih rute pendek untuk tracking di pulau komodo. Tentu tracking
harus ditemani range agar aman dan tidak tersesat. Sebelum memulai perjalanan,
kami di beri penjelasan singkat agar memahami aturan dan bagaimana komodo itu.
Hayuuu berangkat.
Kami masuk kedalam hutan dan wow 3 komodo besar sedang tiduran santai di
dekat sumber air. Takut juga melihat hewan liar dan buas langsung di alamnya
dan dalam jarak yang sangat dekat. Ikuti arahan range niscaya kita akan
selamat.
Puas melihat komodo, kami belayar ke Pink Beach. Pantai dengan hamparan
pasir merah muda dan air yang jernih. Kami menghabiskan waktu sampai matahari
terbenam disana. Maklum di Jakarta susah sekali menemukan pantai yang bersih
dan cakep gini.
Malam hari kami merapat ke pulau kalong untuk bersandar. Banyak kapal
ternyata sudah lempar jangkar disana untuk bermalam. Langit cerah dan saat itu
adalah bulan purnama. Pemandangan yang indah dan sangat mempesona.
Pagi di tengah laut sangat indah. Matahari muncul dari ufuk timur
memancarkan pesonanya. Kami berangkat menuju pulau padar yang terkenal itu. Kapal
merapat dan kami siap mendaki. Perjalanan sekitar 1.7 km menanjak bisa kita tempuh dalam 30-40 menit tergantung kecepatan berjalan. Tiba dipuncak semua lelah
terbayar. Pemandangan 3 lekuk pantai dengan warna pasir yang berbeda dilengkapi
dengan bukit hijau bisa membuat kita tak berkedip. Disana kita merasa betapa
kecilnya kita dihadapan alam dan Sang Pencipta. Luar biasa indahnya.
Ingin rasanya menghabiskan waktu lebih banyak disana dan menikmati segala
keindahannya. Namun waktu sudah siang dan kami harus menuju ke pulau kanawa.
Rencana kita mengingap disana tapi kita batalkan karena menurut kita penginapannya tidak layak. Tapi Kanawa memiliki pantai yang sangat indah dan
ikan-ikan yang cantik.
Kami balik ke Labuan Bajo dan kembali menginap di La Prima. Malam hari kami
jalan-jalan ke pelabuhan dan makan ikan di warung-warung tenda yang banyak
berjajar di pinggir pelabuhan. Ikannya segar-segar dan harga pun sangat
terjangkau.
Keesokan harinya kami menjelajah tempat wisata di Labuan Bajo yaitu bukit Silvia dan goa Batu Cermin. Bukit Silvia adalah salah satu bukit tertinggi di
Labuan Bajo dimana kita bisa memandang pelabuan Labuan Bajo.
Puas disana, kita beranjak ke Goa Batu Cermin. Sejarahnya, Goa Batu Cermin
adalah dasar laut yang naik ke permukaan sehingga kita masih bisa lihat
fosil-folis hewan laut dan kristal-kristal menempel di dindingnya. Seru karena
kita masuk menelusuri gua yang gelap dan hanya ditemani senter kecil dan cahaya
yang masuk melalui celah-celah kecil gua.
Tibalah waktu kami balik ke Jakarta. Selamat
tinggal Flores, tanah yang indah. Ternyata apa yang digambarkan kalau tanah
Flores itu indah adalah salah. Tanah Flores itu tidak indah tapi indah banget.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar