Jumat, 21 Desember 2018

The Greatest Showman


Entah sudah beberapa kali aku menonton film ini. Yang pasti lebih dari 5 kali. Judul film ini adalah “The Greatest Showman”. Dari sekian kali menontonnya, hanya sekedar lewat, menikmati musical dan lagu-lagunya. Tidak ada yang special hanya film ini bagus saja.

Suatu hari aku terserang flu di akhir tahun. Untuk mempercepat pemulihan, aku memutuskan untuk istirahat di rumah. Kebetulan film di TV bagus juga, “The Greatest Showman”. Kembali kunikmati detik demi detiknya.

Inti ceritanya bagaimana seorang ayah menggapai mimpi dan membuktikan dirinya kalua dia bisa melakukan apa saja, membuat bangga keluarga dan membuktikan pada dunia. Acara demi acara, konser demi konser dia jalani sampai dia menggapai kesuksesan tertinggi dan menggenggam dunia. Namun ada yang terlewatkan, yaitu keluarganya.

Keluarganya selalu ada dalam segala keadaan. Keluargannya selalu saling dukung dalam segala kesusahaan. Tapi demi mencapai puncak, dia mengabaikannya. Dari sekian kali menonton, baru kali ini aku dapat meresapi apa pesan tersirat dari film ini. Aku tertegun.

Dia ”dihukum”. Hartanya habis terbakar dan keluarganya ”berantakan”. Dibantu oleh teman-temannya, dia mulai menata kehidupan baru, baik di pekerjaan dan kehidupan keluarganya. Sampai semua kembali bahagia seperti semula walau dengan harta ala kadarnya.

Kadang Tuhan memberikan nasehatnya dengan cara yang tidak biasa. Melalui film itu, aku merasa Tuhan sedang mengajarkan bagaimana Tuhan mengingatkan kembali umatnya. Di ”ambilah” harta bendanya, dihempaskan dia ke titik terbawah sampai dia kembali tersadar akan peran dia sebagai manusia, sebagai ayah dan sebagai umat Tuhan.

Disana aku kembali tersadar. Aku semakin mensyukuri segala karunia yang telah Tuhan berikan. Kembali aku teringat pesan yaitu jangan risaukan karunia yang belum kau peroleh, tapi risaukan karunia yang belum kau syukuri.

Aku sudah memiliki segalanya dan harta yang paling berharga di dunia yaitu keluargaku. Sebagai manusia dan ayah, aku pasti masih sering berbuat salah. Namun aku hanya berharap, semoga Tuhan ”menghukumku” dengan kasih sayangNya bukan dengan keadilanNya.



Tidak ada komentar: