Bendera setengah
tiang berkibar seantero Indonesia, pertanda bangsa sedang berduka. Kita dengan
ikhlas melepas salah satu putra kabanggaan dan terbaik dengan jasa yang luar
biasa bagi Indonesia.
Waktu itu usiaku
baru menginjak 19 tahun. Sidang istimewa tahun 1999 menolak pertanggungjawaban
beliau sebagai Presiden yang telah mampu membawa Indonesia keluar dari krisis
ekonomi. Walau aku belum melek politik dan mengerti betul ekonomi, tapi aku
merasa Habibie diperlakukan tidak adil. Semua keberhasilannya dinihilkan.
Sewaktu menjadi
menteri, beliau sudah menjadi panutan karena kecerdasan dan cinta tanah air.
Sewaktu Nara merasa minder karena tidak bisa juga bilang huruf “R”, aku
memotivasi Nara dengan merujuk pada BJ Habibie yang juga tidak bisa bilang “R”
(cadel).
Hari ini, aku
benar-benar berduka. Belum pernah kurasakan kesedihan kehilangan tokoh bangsa
seperti ini. Kisah kesetiaan dan cinta beliau kepada istri tercinta yang
berpulang terlebih dulu juga menjadi panutanku. Aku belajar, seperti itulah
harusnya menjadi laki-laki.
Banyak
petuah-petuah yang menjadi panutanku khususnya bagaimana untuk menjadi suami
terbaik dan menjaga cinta sejati.