Senin, 27 Desember 2010

Sentuh Hatiku

Pagi hari, jam masih menunjukan pukul 4 pagi. Diiringi dengan rintik hujan, aku memulai aktifitasku. Tak lupa aku memanjatkan doa kepada Tuhan seperti yang biasa aku lakukan untuk memohon karunia, mensyukuri nikmatNya.

Dalam doa, aku hening. Aku menyadari betapa aku mencintai semua yang telah Diberikan kepadaku. Istri dan Nara yang sangat aku sayangi. Makin dalam aku berdoa, makin yakin bahwa aku tidak pernah sendiri dalam menjalani hidup ini.

Betapa aku menyadari bahwa dalam hidupku ini, aku selalu diberi rancangan dan hal yang terbaik yang Tuhan berikan kepadaku karena kasihNya yang tiada henti. Salah satu rancangan dan hal terbaik yang telah aku dapatkan adalah memiliki keluarga kecilku. Setiap hari, setiap saat adalah hal terindah dalam hidupku karena dipenuhi oleh canda tawa mereka.

Dari semua nikmat itu, tak lupa aku memohon kepadaNya. Aku berharap agar aku dan keluargaku selalu mengerti arti sebuah kasih sebagaimana yang Tuhan berikan kepada kami, agar kami selalu dapat berbagi dan memberi tanpa henti seperti air yang selalu mengalir, memberikan kebahagaian kepada semuanya.

Rabu, 15 Desember 2010

Sebuah Kenanganku

Semua sudah kurancang dengan sempurna. Dengan penuh harap rencana itu akan berjalan dengan lancar. Hari itu adalah salah satu tanggal penting dalam hidupku. 29 September 2007 saat aku meminta kamu untuk menjadi istriku, pendamping dalam hidupku.

Jumat siang itu sangat terik. Aku berjalan menuju halte bus way. Sambil berjalan aku berfikir bagaimana caraku mengungkapkan niat dan menumpahkan isi hatiku. Belum sempat menyempurkan ide, bus ku telah berhenti di halte dukuh atas dan aku bergegas turun. Jembatan halte yang cukup panjang aku manfaatkan untuk kembali berfikir.

Tiba di lantai 46, tempat dimana restoran itu berada aku tertegun. Betapa indah dan romantisnya tempat ini. Sudah terbayang lampu kota yang akan menjadi pemandangan utama pada malam hari terlihat indah dari tempat ini. Itu kali pertama aku menjejakkan kakiku disana walau 4 tahun lalu aku sempat berkantor di gedung ini. Akhirnya semua sudah aku pesan, aku siap datang besok malam.

Malam kian indah diterangi lampu kota. Hmm...pemandangan dari lantai 46 ini memang sungguh menakjubkan. Makanan tiba dan lagu dinyanyikan. Aku mulai tegang. Tegang karena takut rencanaku berantakan. Jeda lagu, sebuah pengumuman diiringi serangkaian bunga dan cincin menjadi saksi pernyataan cintaku. Sempurna.

Tiga tahun telah berlalu. Dia selalu menjadi malaikatku. Orang yang selalu memegang tanganku ketika aku jatuh, menuntunku dalam kegelapan, mengingatkanku untuk selalu menjejak bumi ketika aku terbang tinggi.

Musim terus berganti. Gelap dan terang datang silih berganti. Begitulah alam bekerja abadi seperti cinta yang aku rasakan dari malaikatku.

Senin, 15 November 2010

Astungkara

Deru motor mio putihku sudah memecah heningnya pagi. Disaat beberapa tetanggaku mungkin masih tertidur lelap, aku sudah berangkat kerja. Sudah lebih dari 2 tahun aku mulai meninggalkan kebiasaanku untuk membawa kendaraan pribadi ke kantor. Selain karena lelah karena macet yang parah, aku juga berfikir untuk ikut menciptakan udara yang lebih bersih walau dengan berkurangnya satu mobil saja.

Aku berangkat menuju tempat pemberhentian bus. Disana aku dan dia dengan setia menanti bus yang kita tumpangi. Sering kali aku mendapat bus terlebih dahulu dibandingkan dia. Selain itu, bus jurusanku relatif lebih bagus dan nyaman. Sangat berbanding terbalik dengan kondisi bus nya.

Dalam perjalanan aku berfikir, sebenarnya apa yang dia cari dengan bekerja jauh dari rumah dan dengan kondisi jalanan yang macet seperti itu setiap harinya?

Dengan kondisi ku saat ini, aku sudah merasa sangat bersyukur. Kadang kala sebagai manusia pasti ingin selalu melihat ke atas. Hmm... kadang rasa tidak puas sesekali menghinggapi dan bergelayut nakal dalam pikiranku. Namun, begitu aku melihat kebawah, aku merasa sangat bersyukur dengan keadaanku. Apa yang kurang? TIDAK ADA.

Kembali pada pertanyaanku semula, aku mulai mencoba mencari jawabannya namun tidak ketemu. Aku memberanikan diri untuk bertanya padanya. Dia hanya menjawab dengan sangat sederhana. Aku melakukannya karena aku suka, begitu katanya.

Sebuah jawaban yang sederhana namun membuat aku berfikir bahwa rasa itulah yang membuat dia begitu kuat dan rileks menjalaninya dan selalu mengingatkan ku untuk bersyukur setiap waktu.

Senin, 18 Oktober 2010

See U In Hongkong

Malam semakin larut, aku tidak juga bisa memejamkan mata dengan nyenyak. Masih ada keraguan yang dalam untuk berangkat. Semua itu karena Nara yang sedang terbaring lemas tanpa senyum lucunya. Sepi dan hampa rumah kecilku tanpa kehadiran canda tawanya.

Aku kembali terbangun untuk mengukur panas tubuhnya. Sudah turun ke arah normal. Aku mulai tenang. Biasanya malam hari suhu badanya naik tak terkontrol. Sudah 3 hari belakangan ini Nara menderita demam yang menurut hasil lab dan diagnosa dokter disebabkan oleh virus.

Pagi menjelang dengan cerahnya. Namun cerahnya pagi tak sempurna karena lemahnya lambaian tangan putri kecilku. Dalam perjalanan aku masih yakin bahwa dia akan sembuh tepat pada waktunya dan menemani kegiatanku disana.

Setelah 4.5 jam di udara, tibalah aku di Bandara Hongkong. Disambut dengan buruknya cuaca menambah kegalauan hatiku. Akupun membeli sim card lokal untuk menghemat biaya komunikasi. SMS ku terjawab. Namun jawaban yang tidak menyenangkan. Nara panas lagi sampai 40.4 derajat celcius. Aku meminta agar Nara kembali di bawa ke dokter. Hati semakin galau dan tak tenang. Malam di hotel yang nyaman tak mampu meredakan rasa khawatirku. Akupun memutuskan untuk segera balik ke Jakarta.

Mendapat persetujuan, aku segera pulang. Ingin rasanya mempercepat laju pesawat sehingga bisa segera tiba. Syukur semua lancar dan aku tiba tepat pada waktunya. Wajahnya yang imut sedang terbaring lemas. Hasil lab dan diagnosa kedua, Nara terkena Typus. Penyakit yang seharusnya bukan untuk anak seumurannya.

Hampir seminggu Nara dirawat. Semakin hari kondisinya semakin membaik. Tawa dan canda kembali menghiasi wajahnya yang lucu. Bahagia rasanya melihat keceriaanya telah kembali.
Dengan dirawatnya Nara berarti tertunda juga liburan kita. Namun, aku percaya lain kali, kita pasti sampai disana dengan keluarga lengkap kita. See you in Hongkong Soon....

Rabu, 22 September 2010

Manusia Biasa

Sebuah lagu dengan aransemen musik yang indah tiba-tiba merasuk pikiranku. Pertanyaan segera muncul untuk mencari tahu siapa pelantun dan pencipta lagu merdu itu. Ternyata itu lagu dari kelompok musik yang digawangi oleh Yovie dengan judul “Manusia Biasa”.

Lirik secara keseluruhan hanya menggambarkan kepedihan seseorang karena ditinggal kekasihnya. Namun bukan keseluruhan lirik itu yang menarik pikiranku kembali ke masa lalu. Hanya reff dari lagu itu yang menjadi perhatianku.

Mungkin aku dulu terlalu mencari kesempurnaan membuat aku tidak berani untuk menentukan pilihan. Semua aku bandingkan dengan apa yang aku harapkan dan apa yang sesuai dengan impianku. Sampai saat itu tiba dimana aku diajak bertamasya ke padang golf bersama mantan atasanku.

Banyak hal yang kami bicarakan dalam tamasya itu, dari masalah pekerjaan sampai kehidupan. Banyak hal yang aku terima. Namun diantara banyak hal tersebut ada sebuah nasihat yang benar-benar menusuk hatiku dan membuatku merasa bersalah karena dibutakan oleh egoisku. Petuahnya adalah “Menikah itu bukan hanya mencari kecocokan, namun yang terpenting adalah menerima dan memahami ketidakcocokan”.

Sekarang aku mulai merasakan efek dari kata-kata itu setelah aku menemukan pelabuhan jiwaku. Tidak setiap detik berjalan dengan sempurna dan indah. Namun disanalah seni dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Aku mulai menyadari tidak ada yang sempurna diantara kita. Namun kita berusaha mencintai satu sama lainnya dengan cara yang sempurna. Itu yang membuat semua menjadi indah.

Kembali ke reff lagu ”Manusia Biasa” yang telah menyita perhatianku, maka liriknya adalah:

Aku memang manusia biasa
Yang tak sempurna dan kadang salah
Namun di hatiku hanya satu
Cinta untuk mu, luar biasa...

Rabu, 15 September 2010

Mainan Baru

Sudah 3 hari ini aku sendirian di kantor. Sendiri dalam arti rekan-rekan kerja satu tim masih mengambil cuti hari raya. Dari biasanya laporan harian ada yang mengerjakan, menjadi pekerjaanku di akhir hari. Namun aku sungguh sangat semangat dan termotivasi.

Jam sudah menunjukkan pukul 17.30 dan semua laporan harian sudah aku kirimkan, saatnya aku pulang. Baru tiba di halte, bus yang aku tunggu datang. Ah..masih sepi syukurnya. Bus melaju kencang di membelah jalanan Jakarta yang masih lengang ditinggal penggunanya. Semoga jalanan lengang sampai di rumah, harapku.

Aku berusaha memejamkan mata sekedar untuk menghilangkan lelah setelah seharian bekerja. Sayup-sayup suara pemusik jalanan mulai terdengar dan aku terlelap dalam dinginnya bus kota.
Seketika aku terbangun begitu ada orang yang tak sengaja menyenggol bahuku karena hendak turun. Sudah sampai di Cibubur ternyata. Walau mata masih ingin terpejam, namun aku tidak boleh tertidur lagi. Takut tempat aku seharusnya turun terlewatkan.

Sebentar lagi halte tempat aku turun sampai. Aku bersiap mengambil posisi di depan. Sambil menunggu sampai di tempat tujuan, mataku tak sengaja tertuju pada sebuah toko mainan anak-anak yang menjual trolly belanja lengkap dengan isinya yaitu peralatan masak. Hmm...itu mainan yang Nara inginkan.

Sambil menunggu istriku tiba, aku berlari ke arah toko mainan itu yang berjarak kurang lebih 300 meter dari tempat pemberhentianku. Aku berhasil membawa pulang mainan idanam Nara tersebut.
Tiba di rumah, Nara masih belum tidur. Begitu melihat kami datang lengkap dengan mainan barunya, mata dan senyumnya memancarkan kebahagian. Tak sabar ia ingin membuka bungkusnya. “Aji...Ibu..main...masak..mamam..” begitu ucapnya. Kamipun segera menjadi pelanggan dan pencicip masakan Chef Nara dengan menu dan rasa spesialnya.




Selasa, 14 September 2010

Libur Telah Usai

Tiba-tiba aku terbangun dengan kagetnya. Seketika aku melihat jam yang tergantung manis di atas televisiku. Sudah jam 05.30 dan aku terlambat, begitu pikirku. Namun belum sempat aku membasuh badanku dengan dinginnya air, aku teringat kalau hari itu adalah hari pertama libur panjang hari raya.

Kembali aku merebahkan badan ke atas kasur mungil beralaskan puzzle gabus. Belum sempat mata ini kembali terlelap, sesosok mungil muncul dari balik badan istriku. “Aji..aji..” begitu suaranya memecah kesunyian pagi. Tak peduli halangan di sampingnya, segera dia berguling ke arahku dengan senyumannya yang mencerahkan duniaku.

Nara tidak mengijinkanku untuk tidur kembali. Setelah berhasil membangunkanku, dia mulai beraksi membangunkan ibunya dengan kecupan sayang mendarat mulus di pipi. “Mmmaaahh..” begitu ucapnya.

Aku sangat menikmati suasana keceriaan di pagi hari itu. Libur bukan hanya berarti istirahat dari rutinitas kantor, tapi juga berarti berkumpul dan bermain dengan keluargaku tercinta. Itu makna dan arti yang lebih penting bagiku.

Seharian aku menikmati bermain dan berkumpul dengan keluarga tercinta. Tak terasa 5 hari sudah berlalu dengan cepatnya seolah-olah berapa hari liburpun tak akan pernah cukup memuaskan dahagaku bermain dan berkumpul bersama mereka.

Sekarang aku sudah kembali kerja. Kerja untuk kembali menikmati liburan berikutnya. Namun aku sangat bersemangat karena mereka sudah memberikan energi yang mengisi penuh kantong motivasiku. Untuk siapa aku bekerja? Iya, untuk mereka dan masa depan kita.

Minggu, 08 Agustus 2010

Get Well Soon, My Dear

Aku berniat untuk meneleponnya sesaat setelah aku menyelesaikan santap siangku di hari kamis kemarin. Namun ternyata sudah ada satu panggilan tak terjawab. Itu telepon dari dirinya yang tak aku dengar karena ramainya tempat makan siangku.

Aku segera menelepon dia kembali hanya untuk menanyakan apakah dia sudah makan atau belum dan kabar-kabar lain darinya yang selalu aku nantikan. Namun jawaban yang tak biasa aku dengar. Dia sedang dalam perjalanan pulang karena demam dan meriang. Syukur perjalanan lancar dan dia tiba di rumah dengan cepat.

Hari sabtu dan minggu kemarin dia hanya bisa berbaring lemas. Setelah aku antar ke dokter, hasilnya nya adalah dia kena gejala typus, penyakit yang kurang dari setahun lalu pernah menyerangnya. Pasti dia terlalu lelah.

Hari ini dia kembali tidak masuk kantor. Aku harap dia bisa segara sembuh dengan beristirahat di rumah ditemani dengan Nara yang masih belum bisa mengerti kalau ibunya sakit sehingga selalu berusaha mengganggu tidurnya. Namanya juga Nara Bolo-Bolo. Selalu ceria dan suka bercanda.
Semoga cepet sembuh ya Ibuku. Aji yakin dengan ditemani dengan senyum dan gayanya Nara ibu pasti dapet kekuatan untuk segera pulih.

Selasa, 06 Juli 2010

Dua Tahun Berlalu

”Mas, kalau saya mau buat undangan seperti contoh ini brapa ya?” Begitu kira-kira kalimat yang terucap 2 tahun silam kala aku dan dia sedang sibuk mempersiapkan kartu undangan untuk pernikahan kami. Setelah sedikit menawar, akhirnya kami menemukan kata sepakat di harga Rp4,500 per buahnya. Harga yang wajar menurutku.

Aku disini, di Jakarta, aku terpisah jarak dan waktu dengan tempat dimana aku akan menikahi wanita tercantik dan terbaik di dunia, yang akan menjadi pendamping hidupku, membuat koordinasi sedikit rumit. Tidak sempurna rasanya kalau hanya bicara melalui telepon dan tidak bertatap muka langsung.

Kami pun berusaha mengurus sendiri apa yang bisa dilakukan di Jakarta seperti memesan undangan, souvenir, pakaian dan pernak-pernik lainnya. Bahkan beberapa detail lainnya berangkat ke Bali bersamaan dengan kepulangan kami yaitu 2 hari sebelum acara pernikahan.

Tanggal 7 Juli 2008 adalah hari istimewa dalam hidupku. Hari dimana aku mengucapkan janji untuk setia pada seorang wanita yang kini menjadi istriku, menjadi pegangan hidupku. Dua tahun sudah berlalu. Hidup kami pun kini sudah semakin diwarnai dengan coletahan putri kecil yang membuat kebahagiaan dalam rumah mungil kami tiada habisnya.

Dua tahun bukannya suatu prestasi dalam menjalani hidup berumah tangga. Namun waktu yang telah aku lewati ini akan menjadi pondasi kuat untuk pijakan dan langkah berikutnya untuk mencapai cita-cita yaitu bersama selamanya sampai waktu yang memisahkan.

Selamat hari pernikahan kita, istriku tercinta. Moga kedepannya kita bisa menjadi lebih baik lagi dan semakin baik setiap harinya dalam mengarungi hidup yang sangat singkat ini. Apalagi sekarang ada penumpang kecil nan cantik dan lucu yang harus kita antar sampai di tempat tujuan sesuai dengan cita-cita kita bersama.
Ulang tahun pernikahan berarti umur cinta kita sudah bertambah satu tahun dan akan mengakar semakin kuat. I love u so much.

Minggu, 13 Juni 2010

Cinta Tak Selalu Berwujud Bunga

Aku bukanlah orang yang pintar menulis puisi indah. Bukan juga seorang penulis cerita cinta. Namun entah mengapa ide itu mengalir begitu saja, tertuang dalam kertas putih, sejak aku menemukan dirimu. Awal-awal aku bersamamu, begitu banyak cerita dan puisi yang mampu aku hasilkan untuk aku serahkan kepadamu. Itu adalah salah satu ekspresi rasa sayang dan cintaku padamu.

Banyak orang bilang bahwa keromantisan dan kemesraan itu hanya awal saja. Semua akan berubah bahkan hilang begitu saja setelah sekian lama bersama. Sedari awal aku sangat tidak setuju dengan pendapat itu. Aku tetap yakin bahwa ide dan romantisme ku akan kekal sepanjang jaman.

Memang, belakangan ini aku tidak pernah lagi mengirim atau menulis sebuah puisi atau cerita cinta yang bisa kupersembahkan. Namun apakah itu berarti aku sudah tidak sayang? tidak lagi cinta?

Jawabannya adalah tidak. Rasa sayang dan cintaku tidak pernah berkurang atau hilang. Dia tumbuh subur dalam hatiku dan semakin berkembang setiap harinya. Bahkan rasa itu bukan hanya lagi sekedar cinta dan sayang namun disertai tanggung jawab untuk menjaga dan membahagiakan keluarga yang sangat aku cintai. Aku bersyukur telah dikaruniai sebuah keluarga kecil yang sangat lucu dan selalu ceria. Keluarga yang penuh keharmonisan dan canda tawa.

Mungkin memang ekspresi itu tidak lagi dalam wujud puisi atau cerita cinta. Mungkin rasa itu tidak lagi aku wujudkan dengan sebuah benda yang sesuatu yang bisa dilihat. Namun, rasa itu tidak pernah luntur atau hilang dari hatiku.
Cinta dan sayang tidak selalu dalam wujud bunga

Minggu, 06 Juni 2010

Dia Adalah Istriku

Alarm yang aku set di hp ku meraung dengan kencangnya. Saatnya aku bangun. Dengan berat hati dan mata aku melangkah keluar kamar dan melangkah menuju kamar mandi dan mengguyur badan dengan air. Mata langsung terbuka dengan lebar begitu kepala tersiram dinginnya air.

Kembali aku melangkah masuk ke kamar untuk bersiap. Seperti biasa masih kulihat dia tidur dengan lelapnya. Disampingnya masih terbaring malaikat kecilku yang tidur dengan nyaman sambil memeluk lengan ibunya. Ada rasa tidak tega untuk membangunkannya. Tapi dia harus berangkat ke kantor.

Dengan langkah yang berat diapun meninggalkan kasur empuknya. Dingin Ji, begitu katanya setelah selesai mandi. Aku tertawa geli melihat tingkahnya yang kedinginan.

Semua sudah siap akupun siap berangkat ke kantor. Semua perlengkapanku sudah masuk ke tas ranselku. Iapun menyiapkan perlengkapan kantornya. Namun bukan hanya itu yang dia siapkan. Tas kecil berwarna biru juga harus selalu dia siapkan. Itulah tas yang tidak ada seni-seninya yang dia selalu bawa kemanapun dia pergi. Itulah tas ASI yang bisa membuat Nara tumbuh sehat dan kuat.

Aku benar-benar terenyuh melihatnya. Saat dimana orang-orang penuh gaya dengan penampilan pergi ke kantor dengan tas kerennya, dia masih setia menggendong tas ASI yang seperti aku bilang diatas tidak ada seni-seninya, sudah setahun ini menemaninya. Tak peduli acara apapun, tas itu selalu setia menggantung di bahu kecilnya.

Dia pun bertekad akan melakukan itu paling tidak sampai Nara berusia 2 tahun. Hmm.. masih 10 bulan lagi ya. Tapi aku yakin dia pasti bisa melakukannya. Dia adalah wanita terkuat dan tahan banting yang pernah aku lihat. Dia yang selalu berjuang dan melakukan apa saja untuk kebaikan Nara. Memberikan gizi terbaik untuk perkembangan Nara kedepan. Dia adalah wanita terbaik dalam hidupku. Kamu tau dia siapa? Iya, dia adalah Istriku.

Selasa, 18 Mei 2010

Waktu Yang Berkualitas

Ini lah hari yang aku tunggu. Hari dimana aku bisa pulang lebih awal di akhir pekan dan segera menikmati libur panjang 2 minggu lamanya. Sudah terbayang nikmatnya bangun lebih siang dari biasanya dan melihat senyum jahil anakku tercinta.

Setiap hari kerja, Nara pasti bangun pagi. Bahkan dia bangun lebih cepat dari istriku. Dengan mata yang masih sedikit terpejam, dia mulai mengumbar senyumnya yang lucu. Silau, katanya sambil memicingkan kedua matanya.

Sambil menunggu istriku bersiap, aku masih memiliki cukup waktu untuk mengajaknya sekedar menikmati udara pagi di depan rumah sambil melihat indahnya bintang pagi bersinar. Sungguh suatu kegiatan pagi yang indah dan sangat menyenangkan. Sambil berjalan-jalan kecil, Nara memulai tingkahnya yang lucu, berjalan sambil mengayun-ayunkan tangannya seperti orang senam.

Waktunya makan pagi. Sedang asyik menonton berita, aku harus di “kalahkan” oleh lagu anak-anak atau teletubbies peneman aktivitas makannya. Tanpa aku sadari aku hapal dengan lagu-lagu kesayangan Nara. Kebiasaan itu juga berlangsung pada saat makan siang dan malam.

Banyak kejadian-kejadian lucu yang Nara lakukan selama liburanku kemarin. Perkembangan Nara berjalan dengan normal dan sempurna. Ceria tertawa bersama merupakan waktu yang sangat berkualitas yang aku jalankan bersamanya. Aku merasa ingin selalu bermain bersama, menemani dia tumbuh setiap saatnya. Selama liburan itu aku mengkoleksi foto-foto hasil kegiatan kami berdua.

Waktu tak terasa begitu cepat berlalu. Aku harus memulai kegiatan kantor ku dengan semangat dan harapan baru di tempat yang baru juga. Namun aku sangat bersyukur bisa memiliki kesempatan dan waktu untuk bisa bermain dan menikmati hari bersama Naraku tercinta. Suatu yang sangat berharga dalam hidupku.

Minggu, 16 Mei 2010

Disini Aku Berdiri

Akhirnya aku harus mengucapkan kata pisah terhadap sebuah kantor yang telah menjadi tepatku bernaung selama 5 tahun lamanya. Perpisahan tidak pernah terpikirkan pada saat aku bergabung disana. Kata-kata sudah terucap dan hanya kenangan indah yang tersisa bersama kawan-kawanku disana.

Aku memulai kehidupanku disana di tempat dimana kerjaanku melakukan analisa tentang prosedur dan kepatutan transaksi yang dijalankan oleh kawan-kawan di divisi lain. Setahun aku jalani dengan banyak belajar memahami bagaimana industri ini bekerja dan bagaimana bisnis dijalankan.

Suatu saat kabar yang mengejutkan dan menggembirakan datang. Aku akan di pindah ke unit bisnis pasar modal. Semangat dan sangat bahagia aku rasakan saat itu. Aku mulai merasa bahwa disinilah duniaku. Dunia yang dinamis dan penuh tantangan. Tiga tahun pertama di tempat itu aku jalani dengan penuh semangat dan percaya diri. Euforia menyelimutiku dalam bekerja.

Namun dunia ini tidak selalu menjanjikan segala yang indah. Pasar modal jatuh terseret krisis global. Dunia serasa suram dan masa depan tidak jelas. Satu tahun lamanya aku terombang ambing dalam ketidakjelasan. Namun untuk diriku pribadi, aku harus mengambil keputusan.

Syukur aku di dampingi oleh istri yang luar biasa bijaknya. Dalam suasa kalut dan tidak jelas seperti itu, kadang mood dan emosiku tidak stabil. Aku lebih mudah terasa lelah dan penat. Dia selalu ada disampingku memberikanku masukan dan dukungan. Suaranya seperti menyiram api yang sedang membakar dada dan kepalaku.

Aku telah mengambil keputusan. Aku harus mencari tempat dimana aku bisa lebih maju lagi dan mengeluarkan segenap kemampuan yang aku punya. Aku butuh berkembang. Ternyata proses ke arah sana tidaknya secepat yang aku bayangkan. Timbul lagi rasa khawatir dalam diriku. Lagi-lagi kata-katanya bisa meredam khawatirku.

Terima kasih untuk segala waktu dan kesempatan yang telah di berikan kepadaku selama 5 tahun terakhir ini. Tentu aku akan terus membutuhkan dukunganmu sampai kapanpun. Sekarang disini aku berdiri dan disini aku akan bekarya sesuai dengan kecintaanku pada profesi ini.

Terima kasih sayang atas kesabaranmu dan kebijaksanaanmu dalam mendukungku saat melalui masa-masa sulit dan suram itu. Without you, i am nothing.

Selasa, 06 April 2010

Dua Makna Penting


Sebuah pagi yang cerah menyapaku hari itu. 4 April 2010 adalah salah satu hari paling istimewa dalam perjalanan hidupku. Hari itu Nara tepat berusia satu tahun. Semua barang sudah rapi dan siap diangkut.

Walau ada sedikit kesalahan teknis, kita sampai tepat pada waktunya. Setelah memohon ijin ke pengasuh, aku segera masuk ke ruangan yang meninggalkan kesan mendalam pada kunjungan pertama, kamar anak-anak dibawah 1.5 tahun.

Sambil menunggu kesiapan ruang dan kue, aku bermain dengan mereka, Kesan yang dulu tidak berubah bahkan semakin bertambah. Mereka tampak lebih segar dan ceria. Sungguh sangat menyenangkan melihat Nara bahagia bermain dengan teman-temannya.

Ruangan sudah siap, kue dan lilin sudah dinyalakan. Ruangan bergema oleh keriuhan anak-anak panti asuhan. Selamat ulang tahun Nara, begitu ucap anak-anak panti yang sudah lebih dewasa.

Selesai sudah acara kami disana. Dengan beberapa sumbangan dari kami, semoga mereka bisa semakin meneruskan hidup dengan lebih baik. Kami pun berpamitan dengan iringan doa semoga teman-teman Nara selalu sehat dan bahagia.

Ulang tahun Nara yang pertama kemarin juga mengandung makna lain yang tidak kalah pentingnya. Ultah Nara berarti istriku tercinta berhasil menjadi S2 dalam urusan ASI. Berhasil memberikan ASI eksklusif setahun penuh.
Bangga bercampur haru membayangkan perjuangan nya dalam setahun ini. Pagi, siang, sore bahkan malam berusaha terus memompa asi sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan Nara. Sungguh bukan perjuangan yang mudah.

Melihat Nara tumbuh sehat dan kuat membuat aku sangat bahagia. Tentu saja itu berkat perjuangan istriku tercinta. Dia memang istri dan ibu paling hebat sedunia. Semoga bisa berhasil memberi ASI sampai 2 tahun ya. Aku yakin kamu pasti bisa.

Selamat ulang tahun anakku tercinta. Selamat juga atas keberhasilan memberikan ASI untuk anak kita, istriku. Aku sayang kalian.

Minggu, 21 Maret 2010

Panti Asuhan Tunas Bangsa

Kemarin sore aku mengalami perjalanan yang sungguh luar biasa. Aku, istri Nara dan Mbak Sum berkunjung ke sebuah panti asuhan khusus balita di wilayah cipayung, tepatnya di Jalan Bina Marga No. 79 Cipayung. Nama panti asuhan itu adalah Tunas Bangsa.

Tujuan aku kesana bukan karena faktor ketidaksengajaan tapi karena memang niat untuk kesana. Tanggal 4 April ini Nara akan berulang tahun yang pertama. Aku dan istriku sepakat untuk tidak merayakannya (pesta). Alasannya adalah karena Nara masih terlalu kecil dan belum mengerti serta kami sepakat Nara sejak kecil harus diajarkan berbagi. Oleh karena itu ulang tahun Nara akan dilaksanakan di Panti Asuhan Tunas Bangsa hanya dengan berbagi (dan bukan pesta) dengan kawan-kawannya disana.

Setelah bertanya sana kemarin akhirnya kami berhasil menemukan lokasinya. Sebenarnya tidak susah untuk sampai disana tapi karena aku tidak paham jalan saja jadi terlihat jauh dan ruwet.

Tiba disana kami masuk ke kantor pengasuh dan disambut dengan hangat oleh Ibu Rohaya, salah satu pengasuh disana. Kami memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuan kami. Ternyata telpon disana sempat rusak sehingga telpon kami tidak bisa masuk.

Kamipun berkesempatan untuk berkunjung ke kamar balita disana. Begitu pintu di buka, terlihat tawa ceria anak-anak yang sebaya dengan Nara. Mereka tampak begitu bahagia dan sangat lucu. Nara langsung bermain ceria dengan mereka. Bahagia melihat Nara bertemu dengan teman – temannya. Namun di balik itu, hatiku miris. Bagaimana bisa dan tega orang tua meninggalkan mereka, anak yang sangat cantik dan lucu-lucu itu disana?

Banyak kasus yang menyebabkan hal itu ternjadi. Misalnya di tinggal di RS karena tidak sanggup bayar, anak di luar nikah, anak dari ibu yang kurang waras dan diperkosa, dll.

Namun waktu jua yang memisahkan kami dengan anak-anak lucu yang kurang beruntung itu. Sedih rasanya meninggalkan mereka. Apalagi ada salah seorang anak yang namanya Farel, sejak kami tiba disana selalu minta di peluk dan di gendong. Sampai akhirnya dia menangis karena kami harus pulang.

Sampai sekarang masih terbayang wajah – wajah mereka dengan tatapan mata yang sedih melihat kami melambaikan tangan. Kami akan kembali tanggal 4 April 2010 besok kesana. Aku yakin Nara pasti akan sangat gembira bertemu mereka lagi.

Terima kasih istriku sudah memberikan ide yang sangat baik untuk mensyukuri hari ulang tahun Nara yang ke-1. Pengalaman kemarin membuat aku semakin mensyukuri hidup ini karena kita memiliki sebuah keluarga kecil yang sempurna dan bahagia.
NB: Tunggu Foto-Foto Kami Berikutnya..

Senin, 15 Maret 2010

Mimpi Yang Tak Pernah Padam

Entah kenapa semenjak aku tahu sedikit tentang ekonomi negara itu, aku sangat tertarik untuk bisa hidup dan kerja disana. Sebuah negara yang tidak terlalu luas dimana jumlah hewan ternaknya melebihi jumlah pemiliknya sampai dengan rasio 1:6 yang artinya setiap orang disana memiliki 6 hewan ternak. Negara itu adalah New Zealand.

Aku mulai tahu akan keberadaan negara itu sejak SD yang dibahas dalam pelajaran IPS. Kesan pertama begitu menggoda. Dari sekian negara di dunia yang aku pelajari, New Zealand adalah negara yang paling unik dan menarik bagiku.

Semakin aku bertambah umur, semakin tambah pula pengetahuanku. Aku mulai senang berselancar di internet untuk sekedar mengamati perkembangan negara itu. Belum lagi di tambah dengan penayangan film tri logi Lord Of The Ring yang lokasi syutingnya mengambil tempat disana membuat aku semakin kagum akan keindahan alam dan pemandangannya.

Sekarang setelah sekian lama berlalu, mimpi itu tak kunjung padam. Aku masih memendam keinginan untuk hidup disana. Membayangkan alamnya yang masih asri, lingkungan yang ramah, bebas dari polusi dan kemacetan sangat menarik minatku.

Aku membayangkan bisa membesarkan Nara dan menjaga keluargaku dalam lingkungan yang lebih kondusif dan sehat. Mungkin cita-cita itu masih sekedar jadi mimpiku dan belum tercapai dalam waktu dekat ini. Namun aku tidak kecewa karena disini, di negara yang aku cintai ini, aku ditemani oleh Nara dan Istri yang sangat luar biasa.

Jikapun nanti mimpi aku tak tercapai, aku tak mengapa. Tak perlu aku keliling dunia atau tinggal di sana. Yang penting dimanapun aku berada, aku selalu di temani oleh keluarga kecil ku tercinta. Dan aku yak mau jauh darimu.

Kamis, 04 Maret 2010

Bangkok

Bangkok. Hmm...mendengar katanya pun sudah membuat lemas dan tak bersemangat. Apa yang terjadi dengan Bangkok? Kenapa aku begitu tidak senang mendengarnya?

Bangkok adalah salah satu kota di negara ASEAN yang belum pernah aku kunjungi. Seharusnya disana akan banyak hal-hal menarik dan berbeda yang tidak ada di negara ku tercinta, Indonesia. Namun walaupan demikian, tetap saja membuat aku tidak bersemangat walau hanya untuk mendengar namanya.

Salah satu hadiah yang diberikan oleh kantor tempat istriku bekerja ada trip jalan-jalan ke luar negeri bahkan bisa sampai menjelajah dinginnya eropa. Untuk awal tahun ini, hadianya adalah trip ke Bangkok (lagi) selama 4 hari. Wah kebayang deh suramnya rumah tanpa kehadirannya menikmati liburan dan bermain bersama Naraku tercinta.

Aku tahu dia sudah pernah mengatakan untuk menolak trip kali ini karena tidak tahan jauh dari wajah imut dan menggemaskan yang selalu tertawa ceria jika sedang berkumpul bersama. Dia adalah putri kecil kami, NaraChan. Namun apa mau di kata, kantor tidak memberikan ijin untuk tidak berangkat.

Huh...ini pasti akan jadi akhir pekan yang tidak lengkap (lagi) tanpa adanya bersama kami. Ingin rasanya menjemput ke bandara bersama Nara menunggu dia keluar dari pintu kedatangan dan siap menyambut dengan pelukan terhangat dan senyum ceria. Namun kedatangannya di hari kerja. Tapi walau aku dan Nara tidak bisa menyambutnya di pintu gerbang kedatangan, aku yakin begitu dia membuka pintu ruang tamu di rumah mungil kami, sesosok anak kecil cantik dengan rambut keritingnya pasti sudah siap menyambut dan tersenyum lebar bergelayut manja di pelukannya. Tidak sabar untuk segera mengalami hari itu.

Selasa, 23 Februari 2010

Pardiman

Namanya Pardiman. Sosoknya kurus dan tinggi. Kulitnya pun rada gelap tersembur panasnya sinar matahari di persimpangan jalan plaza cibubur yang selalu sibuk.

Setiap hari aku berangkat kantor pukul 6 pagi. Kira-kira butuh waktu 15 menit untuk aku tiba di persimpangan plaza cibubur. Aku melihat sosok Pardiman lengkap dengan jaket hijau stabilo dengan tulisan ”POLISI” di punggungnya sedang beraksi. Berbekal pluit dan pentungan plastik yang tampak lusuh melaksanakan tugas pada jam dimana sebagian orang masih tertidur lelap.

Beberapa saat aku tidak dapat melihat Pardiman. Kemana dia? Sedang istirahatkah? Tiba-tiba dari balik tikungan dia muncul dengan sebuah galah bambu yang panjang seperti orang olah raga lompat galah. Mau apa dia? Ternyata lampu lalu lintas di atas tidak berapa pada posisi yang sepatutnya. Dengan berusaha keras mengarahkan galah saktinya dia berhasil memperbaiki posisi lampu lalu lintas itu. Secercah senyum muncul dari wajahnya.

Pritttt....Pardiman memberhentikan beberapa buah mobil pagi itu. Mereka melanggar lampu lalu lintas dan rambu lalu lintas. Dengan percaya diri para pengemudi berusaha mendekati Pardiman yang tampak tenang, berusaha jalan ”damai”. Senyum kecut tiba-tiba merona dari wajah para pengemudi begitu Pardiman memberi mereka surat tilang. Tidak ada jalan ”damai” darinya.

Aku tiba di cibubur sekitar pukul 8 malam. Dia masih disana dengan pakaian lengkapnya. Aku sampai bertanya dalam hati. ”Emang jam kerja polisi dari jam brapa ke jam brapa ya?” Mungkin sampai jalanan terlihat lancar dan tidak membutuhkan bantuannya, begitu pikirku.

Pardiman. Sosok polisi jujur, penuh dedikasi dan tanggung jawab. Walau aku tidak pernah mengenalnya, tapi aku sangat berharap semoga Pardiman selalu diberi kesehatan, rejeki dan kebahagian untuk dirinya dan keluarganya.

Rabu, 17 Februari 2010

Hymne

Entah mengapa tiba-tiba aku teringat lagu Hymne Almamater Universitas Indonesia. Namun aku sama sekali tidak bisa mengingat lirik maupun nadanya sedikitpun. Padahal itu salah satu lagu favoritku.

Tanpa menunda waktu, aku segera mencarinya melalui fasilitas google di HP ku. Dalam sekejap aku berhasil menemukan liriknya. Seketika itu juga aku berhasil mengingat Nadanya.

Begini syair Hymne nya:

Almamaterku setia berjasa
Universitas Indonesia
Kami wargamu
Bertekad bersatu
Kami amalkan Tri Dharma mu
Dan Mengabdi Tuhan
Dan Mengabdi Bangsa
Dan Negara Indonesia

Cipt. HS Mutahar

Setelah berhasil bersenandung dalam hati, ingatanku kembali ke rumah mungilku di cibubur. Aku membayangkan 2 sosok perempuan yang sangat aku cintai, Istri dan anakku Nara.

Lagu Hymne itu benar-benar membuat jantungku bergetar. Tak pernah menyangka aku bisa masuk dan lulus disana. Sekarang, aku bisa memperoleh nikmat untuk mengabdi. Seperti lirik diatas, Mengabdi kepada Tuhan, Bangsa dan Negara Indonesia, tentu saja mengabdi kepada Keluarga tercintaku, berusaha membuat mereka selalu bahagia dan tersenyum ceria.

Terima kasih almamaterku.

I Did My Part

Aku seperti dejavu. Pikiranku kembali kepada masa-masa itu. Masa dimana aku mengalami suatu perasaan yang gundah karena sedang menanti sesuatu yang sangat aku harapkan.

Waktu itu aku hanya bisa merenung di teras atas sambil memperhatikan rumah kaca yang berisi tanaman percobaan para mahasiswa sebuah universitas swasta yang tampak menghijau dari kejauhan. Kadang kala banyak orang yang bermain bola di lapangan sekitar rumah kaca itu. Ingin rasanya turut bermain, namun tak satupun dari mereka yang aku kenal.

Sambil memegang sebuah buku dan gitar aku mulai menghibur hatiku. Walau aku tidak mahir dalam memainkannya, namun beberapa buah lirik lagu dapat mengaburkan kegundahan hatiku.

Begitu lagu selesai aku mainkan, kembali aku tertunduk dan bertanya dalam hati. Apa yang salah dari proses ini?Kenapa yang aku harapkan tak kunjung datang?

Waktu itu ada seorang temanku memberiku suatu nasihat yang sangat mujarab. Dia mengatakan bahwa kita hanya bisa melihat beberapa langkah kedepan, tapi Tuhan bisa melihat jauh lebih jauh daripada yang kita bayangkan. Tuhan pasti sudah menyiapkan suatu rencana besar dan indah buatku. Begitu katanya.

Sekarang, aku mengalami hal yang sama lagi seperti masa-masa itu. Nasehat mujarab yang aku peroleh dulu ternyata masih belum mampu meredam kegelisahan hatiku. Apakah ini berarti keyakinanku berkurang kepadaNYA? Atau pengharapanku yang terlalu besar melebihi pengharapanku dimasa lampau?

Dalam sebuah bincang – bincang santai di waktu makan siang, salah seorang teman kantorku membaca kegelisahan hatiku. Dia mulai memberiku semangat dan melontarkan sebuah kalimat yang menyentak hatiku.

Keyakinanku kepadaNYA tidak pernah berkurang sedikitpun. Namun mungkin nafsu dan pengharapanku yang terlampau telah menidurkan dan menyamarkan keyakinanku. Sampai pada suatu saat kata-kata itu melegakan semuanya. I did my part, then let’s GOD do the rest. Itulah kata-kata yang menyentak hatiku dan meruntuhkan semua kegundahanku. Hyang Widhi be with me always!!!

Senin, 08 Februari 2010

2 Buah Alasan Utama

Sudah beberapa hari ini jalanan selalu padat merayap. Butuh waktu lebih lama untuk tiba di kantor. Bus yang aku tumpangi pun semakin padat. Hari ini aku heran kenapa bus yang berhenti di hadapanku ini masih menyediakan banyak kursi kosong ya?

Aku mulai memilah-milah kursi mana yang aku pilih untuk duduk. Aku mendapat sebuah kursi kosong disebelah lorong. Bus melaju dengan lambat karena jalanan relatif ramai. Sepanjang jalan banyak juga penumpang yang naik sehingga lambat laun kursi kosong sudah tidak tersisa lagi.

Sampai tiba pada halte terakhir sebelum bus masuk jalan bebas hambatan menuju kota Jakarta tercinta. Ternyata banyak ibu-ibu yang naik dan tidak kebagian tempat duduk. Mereka mulai mencari posisi untuk berdiri yang nyaman karena perjalanan akan memakan waktu yang tidak sebentar. Hati kecilku berontak. Aku tidak tega melihat ibu-ibu itu berdiri. Aku mempersilahkan salah seorang ibu untuk duduk di kursiku. Sebenarnya ada 2 alasan utama kenapa aku melakukannya.

Pertama adalah karena darah orang timur yang masih mengalir deras dalam tubuhku memintaku untuk memperlakukan wanita dalam posisi yang lebih terhormat, dalam hal ini tidak berdiri dalam bus. Walau emansipasi dipekikkan setiap saat, namun hati mengatakan bahwa tenagaku lebih kuat untuk berdiri dibanding dengan mereka.

Yang kedua yaitu aku juga ingin istriku diperlakukan sama oleh orang (khususnya kaum laki-laki) jika saat dia sedang naik bus dan tidak memperoleh tempat duduk. Aku tidak mau dia lelah berdiri dengan beban tas kerja dan tas ASI untuk Nara tercinta yang menggelayut manja di bahu kecilnya.

Bus melaju dengan kencang karena sudah melewati titik macet terakhir di daerah kuningan. Aku pun turun dan siap untuk melakukan aktivitasku dengan hati yang lega dan iklas. Hhhmmm...indahnya.

Rabu, 20 Januari 2010

Sebuah Kebutuhan BUKAN Kewajiban

Tak terasa sudah hampir 3 tahun kebiasaan itu aku lakukan. Kebiasaan yang jika diketahui oleh orang lain pasti langsung menimbulkan nada negatif dan kesan meremehkan. ”Biasa, pasangan baru”, begitu kata mereka.

Aku melakukan kebiasaan itu sejak aku memutuskan bahwa dia adalah calon pendamping hidupku. Kebiasaan menelponnya setiap siang pada waktu makan siang aku lakukan karena aku butuh bukan karena aku wajib. Walaupun tidak ada hal penting yang aku ingin sampaikan, tapi serasa tidak lengkap kalau aku belum mengetahui kabar darinya.

Karena hampir tidak pernah absen aku menelponnya, beberapa teman kantornya sampai hapal kebiasaan itu. ”sebentar lagi pasti Budi telpon”, begitu celoteh lucu dari teman-teman makan siangnya.

Disaat aku sendiri dalam ruangan ini, aku merenung memikirkannya. Suara sampaikanlah pesanku. Tanyakan apa kabarnya, pujaan hatiku? Tiba-tiba aku terbangun dari lamunanku. Karena asyik memikirkannya, aku lupa untuk menelponnya. Baaaaaaa.....begitu suara dari balik telpon menyapaku. Oh senangnya........

Minggu, 03 Januari 2010

Selamat Ulang Tahun, Budi

Apa makna dan arti hari ulang tahun? Untuk beberapa orang, ulang tahun berarti bertambahnya umur kita satu tahun atau bagi beberapa orang juga, ulang tahun bisa berarti berkurangnya umur kita satu tahun. Untuk yang menganut mazab bertambahnya umur, maka mereka bersyukur bahwa masih diberi kesempatan dan mencicipi hidup setahun lebih lama dari umur terdahulu sedangkan bagi yang menganut mazab umur berkurang, maka mereka tidak suka akan ulang tahun karena berarti mereka semakin dekat dengan kematian. Bagi mereka, umur sudah ada jatahnya dan berarti setiap tahun telah berkurang satu.

Aku sendiri menganut aliran pertama. Aku lebih suka mensyukuri nikmatnya hari ulang tahun ku. Begitu banyak doa dan ucapan yang aku terima baik secara langsung maupun tidak langsung. Sungguh suatu hal yang menyenangkan. Dengan bertambahnya usia ku, maka aku sadar bahwa tanggung jawabku sebagai anak dan makhluk sosial kian bertambah dan kewajibanku pun semakin besar. Aku harus bisa lebih dewasa, bijak dan tenang dalam berbuat, berkata dan berfikir. Suatu tantangan yang luar biasa beratnya. Tapi bagiku, itulah konsekuensi dari pilihan aliranku.

Aku juga mulai berfikir bahwa tahun 2010 ini usiaku sudah menginjak 29 tahun . Sungguh sebuah angka yang tidak terbilang anak-anak lagi. Tapi apa yang sudah aku perbuat sampai usiaku sejauh ini? Sudahkah aku berbuat yang terbaik untuk diriku, keluarga dan orang-orang yang aku cintai? Suatu pertanyaan yang tidak bisa aku jawab. 29 Tahun bukanlah waktu yang singkat untuk melakukan sesuatu.

Aku sendiri tidak tahu sampai umur berapa aku masih bisa merayakan hari ulang tahunku. Namun aku sadar bahwa tidak lah penting berapa lama aku akan hidup di dunia ini namun apa yang telah aku lakukan dan hasilkan selama aku hidup adalah hal yang terpenting. Aku hanya selalu berusaha menjalankan peranku di dunia ini sesuai dengan tanggung jawab dan kewajibanku dan aku selalu berusaha melakukan yang terbaik buat diriku, keluargaku dan orang-orang yang aku cintai. Happy Birthday to me....