Kamis, 20 November 2008

Kenikmatan Hati

Mata dan pikiranku menerawang jauh
Mencoba melihat ujung dari alam ini
Semakin lama kulihat, maka semakin jauhlah pikiran ku melayang
Mulai meresapi apa yang aku cari didunia ini
Mimpi, oh itu tidak akan pernah ada habisnya
Hilang satu, muncul seribu
Namun aku sudah berada dalam suatu dimensi yang tanpa aku sadari
Dia telah membuat hidup ku penuh arti
Kembali aku merenung dalam
Mimpi apa yang aku cari?
Padahal mimpi itu sedang aku nikmati
Kebahagiaan memiliki kamu yang disini
Yang sedang aku nikmati sampai aku mati

Bintang Di Hati

Tiiitttt...ttiiiiittt...alarm yang aku set di HP ku berbunyi. Dengan mata terpejam kumeraba rak buku kecil di sebelah tempat tidurku, berusaha merengkuh sumber suara itu. Oh, sudah jam 04.30 toh. Kenapa waktu tidur begitu cepat berlalu, sesalku.

Kududuk bersila dan mulutku mulai mengucap doa yang sehari-hari biasa aku sampaikan ke hadapan Sang Pencipta.Aku memilih untuk menikmati hari ini, begitu tekadku karena bagiku menikmati atau tidak menikmati hari adalah pilihan ku.

Akupun mulai beranjak berdiri dan berjalan keluar kamar ku. Menghirup udara segar di Kota jakarta adalah barang mahal. Tapi, setiap pagi, aku bisa merasakan segarnya udara merasuk ke aliran darah, menjernihkan pikiranku. Kulihat bintang pagi menyapa ku ceria. Selamat pagi dunia, begitu sapaku setiap hari.

Setelah menggerakkan beberapa anggota tubuhku, aku pun merangkul handuk dan bersiap mandi. Dinginnya air membuka mata ku. Hilang semua rasa kantuk yang masih mengganggu. Pukul 06.30 akupun bersiap berangkat kerja. Kulalui jalan setiabudi yang masih sepi. Dalam perjalanan muncul pertanyaan dalam diri. Untuk siapa aku bekerja?kenapa aku harus bekerja? ”Untuk cari uang dan bertahan hidup, begitu bisik hati.” ya betul, mungkin itu jawaban yang pas untuk saat ini.

Suatu hal yang tidak biasa terjadi pada suatu pagi. Kenapa bintang di langit pagi hilang satu ya?begitu tanyaku. Kemanakah gerangan? Apa yang terjadi dengannya? Pertanyaan tiada henti muncul di kepalaku.

Tidak, dia tidak hilang. Dia ada di hatimu, begitu bisik bintang pagi dari kejauhan. Betul, dia adalah bintang hilang yang bersemayam di hatiku. ”Selamat pagi sayang, selamat pagi dunia”, itulah sapaan baruku setiap pagi. Dengan suara lemah dan lembut, diapun menyapa ”pagiiiii”. Sejak saat itu, kulalui jalan setiabudi yang sepi bersama dirinya. Ku pegang tangannya dan senyum pun mengembang dari wajah cantiknya.

Tak terasa tibalah aku di tempat dimana kita harus ”berpisah”. Dia ke Utara dan aku ke selatan. I love U, begitulah kalimat yang meluncur tulus dari mulutku begitu dia naik ke bus yang membawanya. I love u too, begitu balasnya. Aku pun berjalan menuju tempat kerjaku. Pertanyaan lama masih berkecambuk dalam pikiranku. Untuk siapa aku bekerja?kenapa aku harus bekerja? Tapi aku menemukan jawaban yang lebih luas dari jawaban terdahulu. Ya, aku bekerja untuknya, untuk masa depannya dan untuk masa depan kita.....

Cara Yang Sempurna

Sayangku Mega,

Aku sangat sadar sekali bahwa aku bukan orang yang sempurna
Tapi aku selalu berusaha untuk mendukung, menyanyangi dan mencintai kamu dengan cara yang sempurna

Setiap kata yang kutulis dan kuucapkan, tertanda atas nama cintaku padamu
Biar waktu yang menjawabnya dan biar waktu yang menyampaikan semua
Karena semua waktuku sudah aku berikan pada kamu dan hanya untuk mencintai kamu
Semua yang aku lakukan hanya karena aku ingin kamu tahu bahwa di hatiku hanya ada kamu seorang

Satu wanita di dalam hatiku dan satu wanita disamping ku, dan itu adalah kamu sayangku..
Bersamamu aku sangat bahagia, dengan cintamu aku hidup dan dengan nafasmu aku mampu berfikir

Semua darimu membuat hidupku semakin penuh arti
Aku selalu ingin bersama dirimu, melewati semua sisa hidupku bersamamu, aku ingin selalu dekat dengamu

Aku ingin cintaku tetap bersemayam memberi kehangatan di hatimu
Angin Malam menjadi penghantar rasa cinta dan sayangku padamu
Tuhan tahu betapa aku mencintai dan menyayangi kamu
Aku tak akan pernah mengecewakan dan menyakiti hatimu
Karena cintaku telah kuberikan sepenuhnya padamu
Aku hanya mau kamu, yang aku butuhkan hanya dirimu...

Sejuk Merasuk Jiwa

Sejenak aku menghirup nafas panjang dan dalam. Segar terasa mengisi rongga dadaku. Sungguh nikmat suasana ini. Dari teras depan jalan itu, aku masih bisa melihat dengan jelas wajah mu. Menatap mata mu dalam merupakan kehangat dalam jiwaku. Cinta telah meninggalkan jejaknya disana.

Suasana begitu hening dan sunyi. Aku berusaha melepaskan pikiranku jauh meninggalkan kesibukan di kota besar itu. Telah aku tinggal dan lupakan semua. Namun, ada sesuatu yang tidak mau pergi dan semakin hari semakin menjadi-jadi. Itu adalah bayangan mu. Dalam setiap aktivitasku, kamu masih bisa menari-nari dengan ceria di hati dan kepalaku. Tersenyum manis menenangkan kalbu.

Aku tidak mampu bertahan lama berada di atas teras itu. Bukan karena dingin menusuk tubuhku, namun aku tidak tahan untuk jauh darimu. Baru enam bulan berlalu, sejak aku menatap dalam ke lubuk hatimu. Aku jatuh cinta. Kejadian yang tak terduga itu telah membuatmu menjadi napas dalam hidupku. Aku bangga bisa mencintaimu.

Pagi Yang Indah

Ketika pagi datang..
Di taman itu aku termenung..
Pagi tak akan sesejuk ini, tanpa embun dan kabut tipis yang menyelimuti bumi
Tak akan seceria ini tanpa kicau burung
Tak akan seindah ini, tanpa bunga-bunga yang mekar disana

Menelusuri jalan setapak, tiba-tiba hatiku kelu
”apa jadinya jika matahari tak terbit bersama pagi?”

Tersentak...aku terbangun dari tidurku
Cuma mimpi...

Membayangkan pagi tanpa mentari,
Tanpa sinarnya, pagi bukanlah pagi

Pikiranku langsung tertuju pada seseorang
Bagaimana senyumnya mewarnai hariku
Dan bagaimana dia melengkapi hidupku
Syukur terucap...

Terima kasih sayang..
You make me a man
Without you, I’m nothing…

Hari Jumat

Akhirnya aku bisa bernafas juga dengan teratur. Sejak kemarin tidak ada henti-hentinya badan ini bekerja. Sendiri dalam dealing room yang luas ini membuatku seolah-olah sepi di ”pasar” ini. Tidak ada keceriaan dan canda tawa yang biasa aku nikmati setiap harinya.

Telpon tidak ada henti-hentinya berdering. Satu mati, satu berbunyi. Seolah-olah mereka saling bersahut-sahutan dan tidak sabar untuk segera dijawab. Ada yang hanya iseng, ada yang tanya transaksi dan ada juga yang marah-marah. Ternyata bekerja sendirian tidak enak ya, pikirku. Bagaimana aku bisa menekan keyboard komputer sedangkan tanganku harus mengangkat gagang telpon? Khan tanganku cuma dua.

Pada saat jam istirahatku tiba, sejenak aku terbaring diatas kursiku lemas. Lapar mulai menyerang. Makan apa ya?aku bertanya pada diriku sendiri. Dalam tidurku aku membayangkan andai dia ada disini menemaniku. Pasti aku tidak akan merasa kesepian walau hanya berdua dengannya. Dia yang selalu ada di hatiku. Dia yang selalu bisa membuatku tersenyum, tertawa, dan bahagia. Oh..itu hanya harapku....

Syukurlah ini hari jumat. Hari yang selalu aku nanti-nantikan karena setiap libur tiba, aku bisa menikmati seluruh waktuku hanya dengannya. Lelah badan 2 hari ini pasti akan terbayar lunas, yakinku. Bisa bersama dengannya menikmati dan menjalani hari-hariku adalah anugrah yang luar biasa. Anugrah yang tak terkira dalam hidupku. Bersamanya, aku merasa menjadi manusia yang paling beruntung di dunia ini. I feel like i am heaven on earth...

Reinkarnasi

Kalau kita percaya akan adanya reinkarnasi, maka kita percaya akan adanya kehidupan sebelum dan sesudah kita sekarang. Namun bagi yang tidak percaya, maka hidupnya kini adalah hidupnya yang pertama dan terakhir kalinya. Terlepas dari keyakinan tersebut, ada suatu pertanyaan sejenis yang timbul dari hal tersebut. Apa tujuan hidup kita? Begitulah kira-kira pertanyaannya.

Lain orang, lain pula tujuan hidupnya. Aku juga orang yang mempunyai tujuan hidup. Hidupku atau untuk lebih spesifiknya kehidupan cintaku dimulai pada suatu saat di sebuah pegunungan yang jauh dari keramaian kota. Cinta itu datang dan bersemayam dalam diriku. Awalnya aku sempat tertegun menatapnya. Apakah ini yang dimanakan cinta? Apa tujuan ku untuk mencinta? Tertegun tanpa tahu jawaban padahal sang waktu tak pernah berhenti tak kenal kompromi.

Sekian lama aku diberi waktu hidup sampai sekarang. Diberi rasa dibenci, disayang, dicintai, senang, sedih, tawa. Apakah hanya itu saja yang diberikan OlehNya? Hmmm...aku rasa tidak. Masih banyak hal lain yang aku belum ketahui. Semakin aku pikir, semakin banyak pertanyaan yang tak terjawab. Tapi bagaimana aku bisa menjawab semua pertanyaan itu kalau ternyata hidup aku singkat? Satu persatu aku mencoba mengurai pertanyaan tersebut dan menjalani hidupku ini karena aku sekarang tahu bahwa kamulah jawaban dari semua pertanyaanku...

Pulang Kantor

Petang ini tak seperti petang hari-hari sebelumnya yang terang disinari sinar rembulan yang muncul kepermukaan. Hari mulai gelap dan dingin. Bulan tidak muncul tertutup awan hujan yang mulai tebal. Sejenak aku menghentikan aktivitasku dan berjalan mendekati kaca di belakang meja kerjaku. Dari ketinggian kantorku, aku bisa memandang jauh melihat lampu-lampu kecil mulai memancarkan cahaya berusaha menerangi dunia. Hujan gerimispun mulai turun membasahi bumi. Sejenak aku memandangi butiran-butiran air yang jatuh lembut seakan-akan berusaha menggambarkan sesuatu. Iya, air hujan tersebut bisa dengan jelas kulihat menggambarkan wajah seorang wanita dengan senyum yang menawan. Senyum seorang wanita yang ku cinta dan selalu ada dalam hatiku. Oh...dimana dia? Apakah masih sibuk dengan rutinitasnya? Kenapa tidak ada kabar darinya?

Tanpa kusadari, akupun terhanyut dalam kerinduan yang luar biasa. Kerinduan untuk segera bertemu dengannya. Dingin tetap menusuk dinding hati walau hujan tak lagi turun menghujam bumi. Aku pun kembali bersemangat menyelesaikan sisa-sisa pekerjaanku. Aku harus segera bertemu dengannya, begitu tekadku.

Kabar yang aku tunggu-tunggu pun datang. Dia sedang dalam perjalanan menuju halte busway di komdak. ”aku tunggu disana ya sayang” begitu bunyi pesannya.

Akupun segera meraih tas ku dan segera turun. Kenapa tiba-tiba jalan terasa jauh ya? Apakah ini efek dari ketidaksabaranku untuk segera bertemu? Akupun mempercepat langkahku sambil berlari-lari kecil. Tak terasa bulir-bulir keringat mulai membasahi wajahku. Aku tak peduli. Dari kejauhan aku bisa melihat dia sedang duduk manis sambil mendengarkan lagu dari alat pemutar musiknya. ”Mari kita pulang”, begitu sapanya hangat. Tatapan matanya yang lembut membuatku tak sanggup bicara. Bibir terasa kaku, lidahpun kelu. Yang kurasakan hanya senyum bahagia dalam hatiku. Dalam perjalan pulang, aku menatap wajahnya dan berkata dalam hatiku. ”aku ingin menghabiskan sisa hidupku hanya denganmu......”

Diamku

Ku terdiam dan terpaku dalam bisuku
Saat matamu memandangku lembut penuh kehangatan
Kurasa semakin deras aliran darahku mengisi ruang jantungku
Hingga ku terlena dalam khayalan dan impianku
Didalam matamu, kutemukan sinar terang yang mampu menuntunku menuju bahagia
Kutemukan kesejukan dalam gersangnya jiwaku
Saat kuterbaring dalam kehampaan dan sepi
Hanya tatapanmu yang menghiburku
Karena hanya dirimu sandaran dalam sepiku

Sebuah Perjalananku

Hari ini tanggal 4 Juli 2008, pagi sudah menunjukkan pukul 08.50. Aku bersiap untuk berangkat menyelesaikan persiapan terakhirku di Jakarta, karena sore nanti pukul 18.30 aku akan terbang ke kampung halamanku di Bali tercinta.

Banyak hal yang aku harus lakukan dari pagi hingga sore nanti. Beberapa barang belum masuk ke tas. Nanti saja setelah balik dari belanja aku masukin semua, begitu pikirku.
Tak terasa, sore menjelang. Semua perlengkapan sudah siap. Dan aku siap berangkat. Tentu tak lupa membasahi tubuh dengan dinginyanya air, sehingga aku bisa tampak lebih segar dan wangi. Tiket, dompet, HP dan pakaian semua sudah siap.

Untuk kali ini, aku menggunakan taksi ke bandara tidak menggunakan bus Damri langgananku karena begitu banyak barang yang harus aku bawa. Jalanan sangat lancar dan hanya dalam tempo 45 menit, aku sudah tiba di terminal 1C. Bergegas aku check in untuk mengurangi barang bawaanku. Namun tak seperti dugaanku. Proses check in memakan waktu dan negosiasi yang ribet dan melelahkan.Itu dikarenakan -aku tidak membawa kartu kredit yang aku gunakan untuk membeli tiket pesawat itu. Aku bersikeras bahwa tidak ada aturan yang mengharuskan aku menunjukkan kartu kredit tersebut namun begitu juga petugas bagian check in. Dengan sedikit trik aku berhasil boarding namun dengan emosi yang memuncak.

Pesawat berangkat on time dan aku tiba di bali dengan wajah ceria. Kakak ku siap mengantarku pulang. Lapar menghampir dan akupun mencari makan malam/”supper”. Setelah menuntaskan makan malam, mobil yang aku tumpangi mogok dan butuh perawatan intensif dan akhirnya aku dijemput orang tuaku dan sampai rumah jam 2.30 pagi.

Tanggal 5 Juli 2008 pukul 08.00, aku berangkat ke Bangli dengan ibuku. Banyak hal yang kami bicarakan selama perjalanan terutama persiapan acaraku. Hawa begitu sejuk begitu aku memasuki kabupaten bangli. Tenang dan sunyi. 1 Km sebelum sampai di pagar rumahku di Bangli, aku merasakan ada yang aneh pada ban depan kiri. Terasa berat dan tidak terkendali. Aku berhenti dan turun untuk memastikan apa yang terjadi. Oh ban mobil bocor. Aku menghela napas dan berusah mengganti ban dengan ban cadangan.

Malamnya aku berangkat kembali ke Denpasar, sekitar pukul 20.00 dengan Ibu ku dan menggunakan mobil yang sama. Begitu mulai menyalakan mobil, ada yang aneh muncul di indikator aki. Kenapa menyala terus ya?aku bertanya pada Ibuku. Tapi aku tetap mencoba membawa pulang. Lampu mobil mulai meredup diikuti dengan matinya klakson. Mobil berjalan mulai tersendat dan akhirnya mogok di Gianyar. Ya ampun, mogok lagi. Aku harus menunggu kakak ku untuk menarik mobil ke rumah. Untuk pertama kalinya (dan semoga yang terakhir) aku menyetir mobil yang di derek. Aku diingatkan oleh Ibuku agar tetap tenang dan tidak emosi. Aku hanya bisa tersenyum dan terheran-heran. Dalam hati aku berdoa, semoga acara nanti bisa berjalan dengan lancar dan tidak ada halangan apapun.

Syukur aku panjatkan, hari yang aku nantikan tiba. Rasa khawatir tetap menyelimuti hati. Satu persatu acara aku lalui dengan baik dan sampai akhir apa yang aku khawatirkan tidak terjadi. Semua berjalan dengan baik dan lancar. Rona bahagia menghiasi wajah kedua orang tua ku dan begitupun denganku. Syukur tiada henti aku panjatkan kepadaNya.

Tanggal 7 Juli 2008, aku menikah dengan perempuan yang aku cintai. Perempuan yang akan mendampingi aku hingga akhir nanti. Sebuah perjalanan yang panjang telah berhasil mencapai pelabuhan. Tentu bukan suatu akhir dari pelayaran hidupku. Namun yang aku tahu adalah, aku bahagia. Sangat bahagia.

7 Juli 2008



Sedari dulu aku begitu menyukai angka 7. bukan berarti angka lainnya aku tidak suka, namun bagiku, angka itu begitu spesial dan memiliki nilai imajinasi yang tinggi.
Angka ganjil tertinggi dalam hitungan yang bukan berupakan pengulangan angka sebelumnya adalah angka 9. itu angka sangat sempurna. Angka yang melambangkan keagungan tiada tara dan tiada bandinganya. Oleh karena aku tidak bisa mencapai angka maha dasyat tersebut, maka angka ganjil tertinggi kedua setelah angka sembilan adalah angka 7. Maka dari itu, angka itu begitu spesial bagi diriku.
Sekarang ini, aku dikelilingi oleh angka favorit ku. Bulan Juli adalah bulan ke 7 dalam urutan bulan dalam setahun. Usiaku juga sudah 27 tahun. Mungkin juga suatu kebetulan bahwa hari teristimewa diantara hari-hari istimewa lainnya sesuai dengan kepercayaan yang aku anut adalah tanggal 07 bulan 07, hari dimana aku mewujudkan dan melanggengkan cinta kasih ku dalam wujud lembaga perkawinan. Di hari bahagia itu, aku sadar betul bahwa aku tetap saja manusia yang tidak sempurna dan tidak bisa menggapai kesempurnaan selayaknya angka 9 itu. Namun dengan ketidaksempurnaanku itu, aku berjanji akan mencintai istriku dan menyanyangi keluargaku dengan cara yang sempurna.
Dengan usiaku yang ke 27 tahun ini, kalau mau sedikit maksa, maka 2 + 7 = 9 yang artinya aku menyentuh angka impianku. Kenapa aku bilang menyentuh, karena aku tidak bisa sempurna dalam segala hal. Namun untuk saat ini, aku sangat bersyukur karena dengan memilikimu hidupku sungguh-sungguh sudah sempurna.

Hilang Gelapku

Sayangku….

Sore ini aku merenung di meja kerjaku
Perlahan kupejamkan kedua bola mataku
Cukup lamunanku, maka kubuka perlahan kedua tirai mataku
Namun aku terkejut, tak dapat kulihat apa-apa
Hanya kegelapan yang ada di depanku

Kembali kupejamkan kedua mataku
Kali ini, aku berusaha melihat menggunakan mata hatiku
Dalam, kulihat cahaya terang menghampiriku
Kurasakan sentuhan lembut penuh kasih sayang merangkul ku
Aku berbaring di pangkuan dan disanjung diriku penuh kebahagian
Aku merasa getaran jiwa saat dielusnya rambutku mesra
Telah kutemukan cahaya hatiku dan berada di pangkuanku
Kamulah penerang dalam gelapnya duniaku dan menjadi penyejuk disaat dunia mulai memanas
Kamulah bunga kehidupanku...

Pelangi Hatiku

Pelangi memberi warna dalam nuraniku
Kamu lah seorang dewi untuk hatiku yang terus memuji
Karena kamu bukan sekedar indah
Kamu tidak akan terganti dalam hati
Walau menggigil seluruh tubuhku
Berdiri dibawah hujan menderu
Aku akan selalu ada untukmu
Karena aku begitu mencintaimu...

Gunung Salak

Malam ini langit begitu cerah. Cerah tanpa awan yang menutupi sang bintang. Bulan terlihat bulat utuh dan bersinar cerah. Ya, malam ini adalah bulan purnama. Aku terdiam dalam bisu di halaman depan kamarku. Mataku menerawang jauh melihat lampu-lampu gedung yang menghiasi Jakarta. Seharusnya ini menjadi malam yang sangat indah karena langit indah seperti ini sangat langka di musim hujan seperti sekarang. Tapi kenapa hatiku tidak cerah dan tenang. Ada kekhawatiran besar dalam diriku. Oh...aku takut.....
Angin malam menerpa wajahku dingin, membuat hatiku semakin beku. Terdiam dalam ketakutan dan khawatiran membuatku seolah-olah ingin lari dari kenyataan ini. Aku pasti tidak bisa melakukannya, begitu pikirku. Jam sudah menunjukkan pukul 23.00 namun aku tak bisa tertidur. Ya sudah, aku pasrah...
Pagi menjelang. Matahari bersinar cerah. Seperti biasa aku mulai hariku dengan doa dan senyuman. Namun pagi ini senyumku tertutup oleh mendungnya hatiku. ”Aku masih takut sayang”, begitu ucapku. Dia tersenyum dan berusaha menenangkan hatiku. ”jangan khawatir, aku yakin kamu pasti bisa melewatinya”, begitu rayunya. Dengan perlengkapan seadanya, aku berangkat ke tempat tujuan. Tempat dimana ”pertama” kali aku bertemu dengannya. Masih kuingat dengan jelas senyuman dan tatapan matanya hangat menutupi dinginnya hawa pengunungan yang hijau. Aku kembali lagi kesini namun kali ini dengan dirinya.
Akupun memulai akivitasku disana. Seperti aku takutkan, aku tidak bisa melakukannya. Hawa dingin tidak mampu membendung derasnya keringat yang membasahi wajahku. Kaku dan tanpa ekspresi. Begitulah kesan yang tertangkap dan terekam. Dengan sangat sabar dan penuh kasih sayang, dia berusaha mencairkan suasana dan ketegangan hatiku. ”Senyum dong sayang”, begitu ucapnya. Aku menarik nafas panjang dan memulai lagi aktivitasku. Dengan tatapan lembut dan dan belaiannya, dia berhasil meluluhkan hatiku. Aktivitasku mengharuskan aku untuk beberapa saat memang harus terdiam dalam kesunyian. Dalam keterdiaman ku itu, aku hanya bisa tersenyum. Senyum dan wujud syukur bahwa aku memiliki dirinya. Bathinku pun berkata mantap. Iya, dialah pendamping hidupku.....

Hati dan Perasaan

Setelah kamu memasuki kehidupan aku, bagaimanapun orang lain memandang kamu, kamu adalah segalanya bagi aku. Saat aku menatap mata kamu, menukik ke dalam jiwa kamu, dan aku mengatakan jutaan kata tanpa bersuara, aku tahu bahwa hidup aku menghirup debaran jantung kamu. Aku mencintai kamu dengan sejuta alasan yang tak bisa aku ungkapkan satu persatu. Hal itu bukan berhubungan dengan pikiran, melainkan dengan hati, dengan perasaan. Hanya perasaan...

Selalu Untukmu

Ketika aku melangkah
Harapku kau selalu disisiku
Bersamamu, kita benahi mimpi yang belum sempurna ini
Mencoba peluki kesedihanmu
Menyanyi saat penatmu
Bersorak saat riangmu
Tersenyum saat bahagiamu
Malaikatku...
Kau begitu sempurna di hatiku

Keheningan Malam

Suara lemah nan lembut membelah heningnya malam
Dingin merasuk terhapuskan dengan hangatnya tatapanmu
Saat itu, harapan dan impian menjadi satu
Doa terucap menuju langit ke tujuh
Dengan sayapku, kan ku gapai impianku
Impian bersanding dengan mu
Menatap langit malam penuh bintang
Merajut kisah cerita cinta
Sampai akhir waktu memisahkan kita

Hangat Sinar Cinta

Jemari kecil dan lembut merajut manis
Menutup perihnya luka di diri
Rasa cinta dan sayang terpancar dari lembut tangannya
Mengisi langit-langit hati, penuh mengisi ruang jiwa
Hangat sinarnya memberikan kebahagian abadi

Aku Yang Mencintai Kamu

Seseorang yang mencintai kamu,
tidak bisa memberikan alasan mengapa ia mencintaimu
Dia hanya tau, di mata dia, kamulah satu satunya.

Seseorang yang mencintai kamu,
sebenarnya selalu membuatmu marah / gila / jengkel / stress
Tapi ia tidak pernah tau hal bodoh apa yang sudah ia lakukan,
Karma semua yang ia lakukan adalah untuk kebaikanmu.

Seseorang yang mencintai kamu,
di dalam hatinya kamu adalah yang terbaik,
Dan hanya ia yang tau.

Seseorang yang mencintai kamu,akan marah – marah atau mengeluh jika kamu
tidak membalas pesannya atau telponnya,
karna ia peduli dan ia tidak ingin sesuatu terjadi ke kamu.

Seseorang yang mencintai kamu,
hanya menjatuhkan air matanya di hadapanmu.
Ketika kamu mencoba untuk menghapus air matanya,
kamu telah menyentuh hatinya, dimana hatinya selalu
berdegup / berdenyut / bergetar untuk kamu.

Seseorang yang mencintai kamu,
akan mengingat setiap kata yang kamu ucapkan
Bahkan yang tidak sengaja dan ia akan selalu
menggunakan kata – kata itu tepat waktunya.

Seseorang yang mencintai kamu,
Tidak akan memberikan janji apapun dengan mudah,
karna ia tidak mau mengingkari janjinya.
Ia ingin kamu untuk mempercayainya
dia ingin memberikan hidup yang paling bahagia dan aman selama – lamanya.

Seseorang yang mencintai kamu,
selalu memberitahumu untuk tidak berpikir lebih banyak.
Karna ia sudah merencanakan semuanya untuk mu,
ia ingin memberikan kehidupan yang terbaik di masa mendatang.
Ia ingin memberikanmu suatu kejutan,percayalah dia dapat melakukannya.

Seseorang yang mencintai kamu,
mungkin tidak bisa mengingat kejadian / kesempatan
istimewa seperti perayaan hari ulang tahunnya,
tapi ia tau bahwa setiap detik yang ia lalui
ia mencintai kamu, tidak peduli hari apakah hari ini.

Seseorang yang mencintai kamu,
tidak mau berkata aku mencintaimu dengan mudah,
karna segalanya yang ia lakukan untuk kamu adalah
bahwa ia siap mencintaimu,tetapi ia akan mengatakan kata
I Love You pada situasi yang special,
karna ia tidak mau kamu salah mengerti,
dia mau kamu mengetahui bahwa ia mencintai diri mu.

Kaki Mungilmu

Terdengar langkah sepasang kaki mungil dari kejauhan
Terasa hangatnya cinta datang merasuk jiwa dahaga
Sapa, senyum dan tawamu menebar wangi dalam lelahku
Mengisi ruang hati yang merana hampa dan beku

Aku tak tahu apa yang telah terjadi
Perasaan itu timbul bersemanyam dalam hatiku
Cinta dan sayangku tak akan pernah mati padamu
Tanpamu, hidupku tak akan penuh arti

Malaikatku

Malam ini kamu hadir lagi bersama keangkuhan diriku
Hanya senyum mu tanpa interupsi
Kudengar keceriaan dunia dalam lemah suaramu
Kulihat jejak-jejak langkah kecil tertatih dalam letih matamu
Kurasakan indahnya semesta dalam hangat senyummu
kamulah Malaikatku ….

Malaikat yang selalu memberi kesejukan dalam jiwa indahku…
Seperti mentari yang menerangi bumi
Seperti itulah kehangatan yang ku rasakan saat bersama mu
mengayun lembut aura nuranimu membuat aku terdiam,terpana,terjaga dalam kasih sayangmu

Hanya lahan kosong dari sebuah tanah yang gersang….
itulah yang kurasakan saat ku jauh dari malaikat
kuhanya ada rasa kangen dan kerinduan……
malaikat raga ini menyanyi saat cahyamu memasuki
sela2 kamar jiwaku……….

seperti bunga melati putih yang tumbuh diantara bebatuan yang hitam
hatiku bertebaran bunga-bunga yang menebarkan bau
sejuta aroma…….
itulah yang kurasakan saat malaikat di sampingku.
hanya ada senyuman dan kebahagiaan……

Lagu Merdu

Lagu syahdu melantun dengan merdu
Mengantarkan indahnya lagu rindu
Kudengar suara hatiku bernyanyi
Mengiringi desiran angin membelah hampa kamarku
Kulihat lembut matanya terpejam
Kudengar hangat nafasnya menghujam
Kurasakan indah kasihnya dalam senyuman
Ya Tuhan, aku cinta dia...

Sebuah Malam Di Jakarta

Jam tangan menunjukkan pukul 17.30. Malam mulai menjelang. Saatnya aku pulang. Tanganku mulai sibuk mematikan 3 komputer di meja dan merapikan semua peralatan kerja yang berserakan diatas meja kerjaku. Kaki melangkah mengikuti gedung menjulang. Ya betul. Aku tinggal di sebuah rumah yang di apit oleh gedung-gedung menjulang tinggi seolah-olah mereka berlomba-lomba berusaha menggapai langit. Ternyata bukan hanya manusia yang punya impian menggapainya. Gedung-gedung pun ternyata mempunyai impian yang sama. Begitu pikirku.
Aku mulai berjalan menuju halte busway yang setiap hari aku tumpangi untuk menuju tujuan. Disanalah biasanya aku bertemu dengannya. Kulihat ke dalam kotak alumunium di seberang sana. ”Ya ampun, panjang bener antriannya”, begitu gumamku. Keinginan untuk segera bertemu denganya telah mengalahkan rasa pengap dan lelah yang menyerang diriku. Dari kejauhan kulihat busway dengan warna orange perlahan datang menghampiri. Tapi seperti aku duga, aku tidak dapat masuk kedalamnya. Akupun meneruskan antrianku sambil memikirkan ”sedang apa dia sekarang ya?”
Setelah beberapa saat menunggu, akupun berhasil naik ke busway itu. Akupun mencari tempat di ujung belakang dekat tiang penyangga pintu belakang. Disana tempat lebih longgar dan AC lebih kencang meniupkan hawa dinginnya. Iya, badanku emang besar dan lebar.
Kurang lebih 20 menit dari halte itu, aku pun tiba di halte harmoni. Sekedar informasi, halte harmoni adalah halte transit untuk Busway koridor I (Blok M – Kota), Koridor II (Pulogadung – Harmoni) dan Koridor III (Kalideres – Harmoni). Akupun memandang sekeliling halte dan ternyata dia belum tiba. Akupun lega. Aku tidak ingin dia menunggu disana dalam kesendirian. Tiba-tiba HP mungil di saku kemejaku berbunyi dan bergetar. Ya, itu SMS darinya. ”yang, aku udah naik busway ke harmoni ya” begitu bunyi pesan singkatnya. Aku pun mulai menghitung menit kedatanganya. Rasa tidak sabar selalu menghinggapi diriku. Menit perkiraanku sudah berlalu. Tapi kenapa dia belum tiba? Raut mukaku mulai memancarkan kegelisahan dan kekhawatiran. Dimanakah dia?Satu persatu busway yang merapat aku pandangi. Kuperhatikan setiap penumpang yang turun dan ternyata dia tidak disana. Akupun semakin khawatir.
Akhirnya saat itupun tiba. Busway yang tidak terlalu padat merapat di halte. Seseorang dengan senyum mengembang menyapaku dengan hangat. Seketika itu juga hilang rasa takut, khawatir dan lelahku. Dengan penuh rasa rindu, kusapa dan kepegang erat tangannya. Akupun menuntunnya ke pintu tempat busway yang membawa kita pulang ke rumah. Busway tersebut mulai berjalan dengan angkuhnya membelah kemacetan Kota Jakarta tercinta ini. Aku sangat menikmati setiap detik perjalanan dengannya.
Dengan hati senang dan bahagia, aku siap untuk menutup hari dengan dirinya.