Jam tangan menunjukkan pukul 17.30. Malam mulai menjelang. Saatnya aku pulang. Tanganku mulai sibuk mematikan 3 komputer di meja dan merapikan semua peralatan kerja yang berserakan diatas meja kerjaku. Kaki melangkah mengikuti gedung menjulang. Ya betul. Aku tinggal di sebuah rumah yang di apit oleh gedung-gedung menjulang tinggi seolah-olah mereka berlomba-lomba berusaha menggapai langit. Ternyata bukan hanya manusia yang punya impian menggapainya. Gedung-gedung pun ternyata mempunyai impian yang sama. Begitu pikirku.
Aku mulai berjalan menuju halte busway yang setiap hari aku tumpangi untuk menuju tujuan. Disanalah biasanya aku bertemu dengannya. Kulihat ke dalam kotak alumunium di seberang sana. ”Ya ampun, panjang bener antriannya”, begitu gumamku. Keinginan untuk segera bertemu denganya telah mengalahkan rasa pengap dan lelah yang menyerang diriku. Dari kejauhan kulihat busway dengan warna orange perlahan datang menghampiri. Tapi seperti aku duga, aku tidak dapat masuk kedalamnya. Akupun meneruskan antrianku sambil memikirkan ”sedang apa dia sekarang ya?”
Setelah beberapa saat menunggu, akupun berhasil naik ke busway itu. Akupun mencari tempat di ujung belakang dekat tiang penyangga pintu belakang. Disana tempat lebih longgar dan AC lebih kencang meniupkan hawa dinginnya. Iya, badanku emang besar dan lebar.
Kurang lebih 20 menit dari halte itu, aku pun tiba di halte harmoni. Sekedar informasi, halte harmoni adalah halte transit untuk Busway koridor I (Blok M – Kota), Koridor II (Pulogadung – Harmoni) dan Koridor III (Kalideres – Harmoni). Akupun memandang sekeliling halte dan ternyata dia belum tiba. Akupun lega. Aku tidak ingin dia menunggu disana dalam kesendirian. Tiba-tiba HP mungil di saku kemejaku berbunyi dan bergetar. Ya, itu SMS darinya. ”yang, aku udah naik busway ke harmoni ya” begitu bunyi pesan singkatnya. Aku pun mulai menghitung menit kedatanganya. Rasa tidak sabar selalu menghinggapi diriku. Menit perkiraanku sudah berlalu. Tapi kenapa dia belum tiba? Raut mukaku mulai memancarkan kegelisahan dan kekhawatiran. Dimanakah dia?Satu persatu busway yang merapat aku pandangi. Kuperhatikan setiap penumpang yang turun dan ternyata dia tidak disana. Akupun semakin khawatir.
Akhirnya saat itupun tiba. Busway yang tidak terlalu padat merapat di halte. Seseorang dengan senyum mengembang menyapaku dengan hangat. Seketika itu juga hilang rasa takut, khawatir dan lelahku. Dengan penuh rasa rindu, kusapa dan kepegang erat tangannya. Akupun menuntunnya ke pintu tempat busway yang membawa kita pulang ke rumah. Busway tersebut mulai berjalan dengan angkuhnya membelah kemacetan Kota Jakarta tercinta ini. Aku sangat menikmati setiap detik perjalanan dengannya.
Dengan hati senang dan bahagia, aku siap untuk menutup hari dengan dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar