Tiiitttt...ttiiiiittt...alarm yang aku set di HP ku berbunyi. Dengan mata terpejam kumeraba rak buku kecil di sebelah tempat tidurku, berusaha merengkuh sumber suara itu. Oh, sudah jam 04.30 toh. Kenapa waktu tidur begitu cepat berlalu, sesalku.
Kududuk bersila dan mulutku mulai mengucap doa yang sehari-hari biasa aku sampaikan ke hadapan Sang Pencipta.Aku memilih untuk menikmati hari ini, begitu tekadku karena bagiku menikmati atau tidak menikmati hari adalah pilihan ku.
Akupun mulai beranjak berdiri dan berjalan keluar kamar ku. Menghirup udara segar di Kota jakarta adalah barang mahal. Tapi, setiap pagi, aku bisa merasakan segarnya udara merasuk ke aliran darah, menjernihkan pikiranku. Kulihat bintang pagi menyapa ku ceria. Selamat pagi dunia, begitu sapaku setiap hari.
Setelah menggerakkan beberapa anggota tubuhku, aku pun merangkul handuk dan bersiap mandi. Dinginnya air membuka mata ku. Hilang semua rasa kantuk yang masih mengganggu. Pukul 06.30 akupun bersiap berangkat kerja. Kulalui jalan setiabudi yang masih sepi. Dalam perjalanan muncul pertanyaan dalam diri. Untuk siapa aku bekerja?kenapa aku harus bekerja? ”Untuk cari uang dan bertahan hidup, begitu bisik hati.” ya betul, mungkin itu jawaban yang pas untuk saat ini.
Suatu hal yang tidak biasa terjadi pada suatu pagi. Kenapa bintang di langit pagi hilang satu ya?begitu tanyaku. Kemanakah gerangan? Apa yang terjadi dengannya? Pertanyaan tiada henti muncul di kepalaku.
Tidak, dia tidak hilang. Dia ada di hatimu, begitu bisik bintang pagi dari kejauhan. Betul, dia adalah bintang hilang yang bersemayam di hatiku. ”Selamat pagi sayang, selamat pagi dunia”, itulah sapaan baruku setiap pagi. Dengan suara lemah dan lembut, diapun menyapa ”pagiiiii”. Sejak saat itu, kulalui jalan setiabudi yang sepi bersama dirinya. Ku pegang tangannya dan senyum pun mengembang dari wajah cantiknya.
Tak terasa tibalah aku di tempat dimana kita harus ”berpisah”. Dia ke Utara dan aku ke selatan. I love U, begitulah kalimat yang meluncur tulus dari mulutku begitu dia naik ke bus yang membawanya. I love u too, begitu balasnya. Aku pun berjalan menuju tempat kerjaku. Pertanyaan lama masih berkecambuk dalam pikiranku. Untuk siapa aku bekerja?kenapa aku harus bekerja? Tapi aku menemukan jawaban yang lebih luas dari jawaban terdahulu. Ya, aku bekerja untuknya, untuk masa depannya dan untuk masa depan kita.....
Kududuk bersila dan mulutku mulai mengucap doa yang sehari-hari biasa aku sampaikan ke hadapan Sang Pencipta.Aku memilih untuk menikmati hari ini, begitu tekadku karena bagiku menikmati atau tidak menikmati hari adalah pilihan ku.
Akupun mulai beranjak berdiri dan berjalan keluar kamar ku. Menghirup udara segar di Kota jakarta adalah barang mahal. Tapi, setiap pagi, aku bisa merasakan segarnya udara merasuk ke aliran darah, menjernihkan pikiranku. Kulihat bintang pagi menyapa ku ceria. Selamat pagi dunia, begitu sapaku setiap hari.
Setelah menggerakkan beberapa anggota tubuhku, aku pun merangkul handuk dan bersiap mandi. Dinginnya air membuka mata ku. Hilang semua rasa kantuk yang masih mengganggu. Pukul 06.30 akupun bersiap berangkat kerja. Kulalui jalan setiabudi yang masih sepi. Dalam perjalanan muncul pertanyaan dalam diri. Untuk siapa aku bekerja?kenapa aku harus bekerja? ”Untuk cari uang dan bertahan hidup, begitu bisik hati.” ya betul, mungkin itu jawaban yang pas untuk saat ini.
Suatu hal yang tidak biasa terjadi pada suatu pagi. Kenapa bintang di langit pagi hilang satu ya?begitu tanyaku. Kemanakah gerangan? Apa yang terjadi dengannya? Pertanyaan tiada henti muncul di kepalaku.
Tidak, dia tidak hilang. Dia ada di hatimu, begitu bisik bintang pagi dari kejauhan. Betul, dia adalah bintang hilang yang bersemayam di hatiku. ”Selamat pagi sayang, selamat pagi dunia”, itulah sapaan baruku setiap pagi. Dengan suara lemah dan lembut, diapun menyapa ”pagiiiii”. Sejak saat itu, kulalui jalan setiabudi yang sepi bersama dirinya. Ku pegang tangannya dan senyum pun mengembang dari wajah cantiknya.
Tak terasa tibalah aku di tempat dimana kita harus ”berpisah”. Dia ke Utara dan aku ke selatan. I love U, begitulah kalimat yang meluncur tulus dari mulutku begitu dia naik ke bus yang membawanya. I love u too, begitu balasnya. Aku pun berjalan menuju tempat kerjaku. Pertanyaan lama masih berkecambuk dalam pikiranku. Untuk siapa aku bekerja?kenapa aku harus bekerja? Tapi aku menemukan jawaban yang lebih luas dari jawaban terdahulu. Ya, aku bekerja untuknya, untuk masa depannya dan untuk masa depan kita.....
2 komentar:
untuk apa bekerja. . . sebuah pertanyaan yang menggelitik otak. bagiku hidup tak punya tujuan. kita bebas. mungkin karena sejak kecil kita dibiasakan dengan "tujuan" sehingga setiap tindakan, kejadian selalu ditanya "untuk apa?" lalu mulai mencari-cari jawabannya. padahal semua bukan untuk apa2. semua terjadi begitu saja. ya, memang terdengar remeh. namun bukan maksud ku meremehkan "sang maha hidup". hehehehehe
Sebuah ide yang berbeda dan patut diapresiasi ben. Itulah demokrasi..
Posting Komentar